Berita

ilustrasi

Pemakzulan Presiden

RABU, 06 MARET 2013 | 11:21 WIB | OLEH: M. HATTA TALIWANG

PRESIDEN Amerika Serikat, Richard Nixon, 8 Agustus 1975, mundur berkaitan dengan kecurangan Pilpres.

Nixon dari Partai Republik dengan Tim Suksesnya melakukan kecurangan. Menggunakan operasi intelijen membobol dokumen rahasia milik partai pesaingnya, Partai Demokrat.

Partai Republik menang dan Nixon dilantik jadi Presiden untuk kedua kalinya. Nixon menekan Polri dan Jaksa agar tidak menyelidiki skandal tersebut. Namun, kegigihan dua wartawan harian The Washington Post, Bob Woodward dan Carl Bernstein, rutin melaporkan adanya dugaan keterlibatan Presiden Nixon. Ini yang akhirnya dikenal sebagai Skandal Watergate.


Nixon tidak berkutik ketika Mahkamah Agung memaksa menyerahkan rekaman percakapan dirinya dengan penasihat politiknya di Gedung Putih. Kubu Demokrat pun langsung menggalang hak angket untuk memakzulkan presiden. Tidak diduga, puluhan anggota parlemen dari Partai Republik ikut mendukung upaya ini.

Sebelum dimakzulkan, Nixon buru-buru mundur, daripada malu besar!

Mundur sudah jadi etika dan moral pemimpin baik di Asia, Eropa, atau Afrika, bila bersalah atau gagal. Di Jepang, Korea, Jerman, itu sesuatu yang biasa.

Dalam sejarah kerajaan di Indonesia pun pernah kami tulis soal La Manussa, Raja Soppeng ke IX yang memerintah di  abad ke-15.

Beliau merasa bersalah karena memungut sesuatu benda yang bukan miliknya dan tak ada yang tahu karena menurutnya barang tersebut tidak terlalu berharga.

Dalam tahun itu, di kerajaan terjadi paceklik. Nelayan dan petani penghasilannya memburuk. Sang Raja bertanya-tanya dalam hati. Kenapa situasi kehidupan rakyat makin memburuk, apakah karena memungut barang yang bukan miliknya itu yang jadi penyebab?

Raja merasa yakin itulah penyebabnya. Maka raja pun mengumpulkan semua Pembesar, Pemangku Adat, Tokoh Masyarakat. Di forum itulah Raja mengadili dirinya sendiri dan membuat pengakuan bersalah di depan rakyatnya, dan menyebut peristiwa tersebut sebagai "Pengadilan Nurani".

Atas peristiwa tersebut Raja minta berhenti. Meski rakyat memintanya bertahan, tapi La Manussa tetap berhenti. [ald]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

UPDATE

Ekonom: Pertumbuhan Ekonomi Akhir Tahun 2025 Tidak Alamiah

Jumat, 26 Desember 2025 | 22:08

Lagu Natal Abadi, Mariah Carey Pecahkan Rekor Billboard

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:46

Wakapolri Kirim 1.500 Personel Tambahan ke Lokasi Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:45

BNPB: 92,5 Persen Jalan Nasional Terdampak Bencana Sumatera Sudah Diperbaiki

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:09

Penerapan KUHP Baru Menuntut Kesiapan Aparat Penegak Hukum

Jumat, 26 Desember 2025 | 20:37

Ancol dan TMII Diserbu Ribuan Pengunjung Selama Libur Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 20:26

Kebijakan WFA Sukses Dongkrak Sektor Ritel

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:56

Dua Warga Pendatang Yahukimo Dianiaya OTK saat Natal, Satu Tewas

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:42

21 Wilayah Bencana Sumatera Berstatus Transisi Darurat

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:32

Jangan Sampai Aceh jadi Daerah Operasi Militer Gegara Bendera GAM

Jumat, 26 Desember 2025 | 18:59

Selengkapnya