Aktivis vokal Fadjroel Rahman memprakarsai botak bareng, 9 Maret 2013, untuk memberikan dukungan ke KPK.
Sebab, lembaga anti korupsi yang dikomandoi Abraham SaÂmad itu selalu dituding melaÂkuÂkan konspirasi politik saat meÂneÂtapkan politisi menjadi tersangka.
â€Ayo, botak bareng untuk beri dukungan ke KPK. Lembaga ini harapan kita melakukan pemÂberantasan korupsi,’’ kata FadjÂroel Rahman, kepada Rakyat MerÂÂdeka, kemarin.
Inisiator botak bareng itu meÂlanjutkan, mengenai tempatnya belum diputuskan, apakah di MoÂnas atau di gedung KPK.
â€Tergantung nanti dapat izinÂnya di mana. Yang jelas, temÂpatÂnya di dua lokasi itu,’’ ujarnya.
Berikut kutipan selengkapnya;Selain beri dukungan ke KPK, apalagi maksud botak baÂreng itu?Aksi penggundulan massal ini gara-gara bekas Ketua Umum ParÂtai Demokrat, Anas UrÂbaÂningÂrum, ditetapkan sebagai terÂsangÂka dalam kasus dugaan korupsi Hambalang.
Kenapa memilih 9 Maret?Tanggal itu memiliki arti khuÂsus. Sebab, di tanggal itu setahun lalu, Anas Urbaningrum berÂsumÂpah, siap digantung di Monas bila terlibat dalam kasus Hambalang. Saat itu Anas mengaku tidak seÂpeserpun dana Hambalang diÂkorupsinya.
Bagaimana respons publik terhadap botak bareng itu?Sebagai inisiator botak bareng itu merasa senang. Sebab, alhamÂdulillah aksi ini dapat respons saÂngat baik dari publik. KeÂmungÂkinan yang ikut akan banyak.
Kenapa begitu yakin diikuti banyak orang?Yakin dong. Sebab, ini aksi soÂsial. Setiap orang boleh ikutan. Makin banyak yang ikut, berarti publik semakin mengapresiasi kinerja KPK untuk berantas korupsi.
Siapa saja yang pasti ikut?Yang sudah dapat kepastian Prof Thamrin Amal Tomagola (PenÂdiri LSM Kompak/Guru BeÂsar FISIP UI), dan Kiai Maman Imanulhaq. Tukang cukurnya tak sembarangan, Mbak Melanie SuÂbono yang merupakan artis. AcaÂra ini dipandu Bang Effendi GhaÂzali, pakar Komunikasi UI.
Kabarnya Anda akan undang tokoh nasional untuk botak bareng?Ada keinginan ke sana. Tapi maÂsih sekadar rencana. Kami yaÂkin acara ini bisa diikuti maÂsyarakat luas.
Selain cukur rambut, apa Anda juga akan lakukan orasi?Belum tahu ya. Kalau situaÂsiÂnya memungkinkan bisa juga diÂadakan orasi. Hitung-hitung unÂtuk mengingatkan kita terhadap botak bareng itu.
Apa yang mendasari aksi terÂsebut?Ini bukan ajang menyudutkan Mas Anas. Tapi lebih kepada wujud apresiasi kita kepada KPK yang sudah bisa bertindak adil dan berani menegakkan korupsi yang tanpa pandang bulu, terÂmaÂsuk kepada politisi yang sedang berkuasa.
Tegasnya KPK memberikan rasa optimisme bahwa partai peÂnguasa tidak kebal terhadap tinÂdakan hukum. Optimisme itu diÂbangun lewat proses panjang, salah satunya dengan gerakan ini.
Anda juga botak saat NaÂzaruddin menjadi tersangka, keÂnapa politisi Demokrat saja?Saya lakukan ini lebih kepada para politikus partai penguasa yang terkena korupsi.
Mereka imÂbas utama kebobrokan mental dan kerugian uang negara terÂbaÂnyak.
Apa ini prestasi bagi KPK?Bisa dikatakan begitu. KPK berÂhasil menciduk beberapa peÂtinggi partai berkuasa, sebutlah NaÂzaruddin, Angelina Sondakh, Andi Mallarangeng, dan Anas UrÂbaningrum. Mereka bukan orang sembarang.
Anda yakin KPK bisa memberantas korupsi?Kita harus optimistis. KPK kan fungsinya untuk bersihkan InÂdoÂnesia dari pencurian uang rakyat. KPK sejauh ini berhasil buktikan janÂjinya untuk bersihkan IndoÂnesia dari korupsi.
Bagaimana dengan sprindik Anas yang bocor?Kita harapkan KPK tetap proÂfesional, independen, steril dari berÂbagai intervensi, dan lebih hati-hati lagi dalam bersikap. SaÂya agak kecewa dengan bocornya sprindik Anas. Berarti sistem KPK mudah disusupi. Tapi seÂjauh ini, raportnya masih biru.
Banyak teman-teman Anas yang meragukan KPK, ini baÂgaimana? Saran saya, praperadilan saja KPK kalau mereka nenemukan bukti kalau ada intervensi dalam peÂnetapan tersangka itu. Kalau ribut begitu saja tidak akan meÂmenangkan apa-apa.
Penegak hukum hanya bisa dilaÂwan dengan hukum. Teman Anas bisa melakukan praperÂadilan.
Bagaimana nasib Partai DeÂmÂokrat sepeninggal Anas?Saya lihat elektabilitas DeÂmokÂrat tetap di bawah 5 persen. MunÂdurnya Anas tidak akan selaÂmatÂkan Demokrat. [Harian Rakyat Merdeka]