RMOL. Hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang mempubikasikan peningkatan kecenderungan pemilih terhadap Partai Golkar dari 13,5 persen pada Januari menjadi 17,9 persen pada awal Juni 2011, menunjukkan harapan publik terhadap partai berlambang pohon beringin tersebut masih besar.
Demikian disampaikan Ketua Umum Angkatan Muda Partai Golkar, Yorrys Raweyai, kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.
“Himpitan persoalan internal yang mendera beberapa partai politik lainnya, berbanding lain dengan sepinya riak dan kiÂsruh yang biasanya akrab diidap partai ini,’’ papar anggota DPR itu.
Berikut kutipan selengkapnya:
Kenaikan suara ini, apa gara-gara program Partai Golkar atau Partai Demokrat didera berÂbagai masalah?Terlepas dari akurasi dan keÂcenÂderungan hasil survei yang fluktuatif, paling tidak kondisi ini menegaskan konsistensi tahapan Catur Sukses yang menjadi proÂgram utama menuju keberhasilan dan kesuksesan Partai Golkar 2014 berjaÂlan deÂngan baik.
KonsoliÂdasi interÂnal yang diÂiriÂngi dengan proÂgram kaderiÂsasi secara intenÂsif menguÂkuhÂkan soliditas keparÂtaian, hingga pada titik terÂtentu tidak terÂgoyahÂkan oleh beraÂgam konÂdisi, dan isu yang meÂmungÂÂkinÂkan partai ini seÂmakin terpuÂruk. Ini saya kira yang meÂnyeÂbabÂkan naikÂnya suara Partai Golkar, bukan gara-gara kasusnya Nazaruddin.
Anda ingin mengatakan keÂnaiÂkan itu gara-gara program Catur Sukses Partai Golkar?Ya. Secara umum, Catur SukÂses ini merupakan instrumen utama yang menjadi landasan dan pijakan dalam menjalankan roda kepartaian. Catur Sukses berisiÂkan 4 (empat) program utama, yakni konsolidasi internal, kadeÂrisasi dan rekruitmen keanggoÂtaan yang lebih terÂbuka, penÂcipÂtaan kreaÂtifitas, ketaÂjaman ide dan pemikiran baru, lalu sukses pamungkas yang menÂjadi tujuan penting, yakni sukses PeÂmilihan KeÂpala Daerah, Pemilihan LeÂgisÂlatif dan PemiliÂhan Presiden.
Keempat sukÂses terÂseÂbut sejaÂlan deÂÂngan tahaÂpan-tahaÂpan proÂÂgram kepartaian setiap tahunÂnya. Tahun konsolidasi (2010), kadeÂrisasi (2011), kekarÂyaan (2012), peÂmantapan (2013) dan tahun pemenangan (2014).
Apa gara-gara konsolidasi inÂternal itu membuat Partai Golkar semakin solid dan tidak tergoyah dengan isu sensitif?Betul. Giatnya program konÂsoliÂdasi internal dan kaderisasi menggiring eksistensi Partai Golkar saat ini sebagai partai yang tidak terbawa arus dan langÂgam isu-isu sensitif dan cendeÂrung negatif di mata publik.
Selain itu, partai ini juga mamÂpu memilah dan memilih isu yang lebih strategis dan memiliki daya rekat, mengawal ide dan waÂcana besar tentang konstruksi kebangÂsaan dan keindonesiaan, serta memÂproduksi solusi-solusi yang seÂjalan dengan cita-cita keÂhiduÂpan berbangsa dan berÂnegara.
Apa itu saja strateginya, seÂhingga Partai Golkar tetap diÂsukai rakyat?Tidaklah sulit memahami apa yang dilakukan Partai Golkar saat ini. Selain upaya tiada henti untuk menegaskan eksistensinya sebagai partai yang lebih terbuka, mandiri dan demoÂkratis, identifiÂkasi sebagai partai nasionalis, meÂnuntutnya untuk seÂnantiasa bergeÂrak dalam langÂgam kepenÂtingan yang bisa dinikÂmati oleh segenap masyarakat dengan latar belakang yang berbeda-beda.
Bagaimana dengan marakÂnya aksi radikal dan teror?Belum usai persoalan besar yang melanda
national character building kita dengan demoralisasi nilai-nilai kebangsaan dan keinÂdonesiaan, maraknya aksi radiÂkal, teror, serta kekerasan yang mengatasnamakan agama, keÂlomÂpok dan kepentingan tertentu. Di sisi lain, kehidupan sebagian besar masyarakat masih jauh dari harapan yang lebih baik akibat kondisi sosial dan ekonomi maÂsih terpuruk, serta bencana yang tiada kunjung usai.
Realitas besar inilah yang seÂdang terhampar di hadapan mata kita, mengurai ikatan-ikatan soÂsial yang sejak dahulu direkatkan oleh kesamaan rasa dan kepenÂtingan sebagai bangsa yang henÂdak merdeka dan lepas dari penÂjajahan. Ironisnya, kemerdeÂkaan yang diraih lebih dari setengah abad lalu itu belum sepenuhnya mampu membuahkan nasionalisÂme yang sejatinya menjadi instruÂmen kemajuan. Alih-alih nasioÂnaÂlisÂme justru tergerus oleh sikap dan tindakan pragmatis kalangan tertentu untuk mengambil keunÂtungan ataupun memperkeruh suaÂsana kehidupan yang sedang dibangun dengan susah payah.
Menghadapi problem karakÂter kebangsaan, apa yang dilaÂkuÂkan terhadap kader Partai Golkar?Partai Golkar menyadari bahwa kondisi ini tidaklah layak dipandang sebelah mata, meÂleÂbihi tujuan pragmatis untuk meÂraih kekuasaan. Karena itu, tahaÂpan-tahapan program politik pada awalnya berorientasi pada peÂnguaÂtan internal dan kaderisasi.
Momentum tahun kaderisasi (2011) dimanfaatkan untuk memÂperkuat sendi-sendi dan jati diri kaÂder yang tidak hanya diprodukÂsi dari rahim kepartaian, tapi juga dari kultur kebangsaan. Produk kader yang dihasilkan adalah meÂreka yang mampu memahami sendi-sendi dan jati diri kebangÂsaan dan mengamalkannya sebaÂgai
characÂter dalam sebuah
nation.Membangun karakter keÂbangÂsaan ini kan tidak mudah, apa yang dilakukan?
Ya, benar. Pembangunan kaÂrakÂter kebangsaan tidaklah semuÂdah membangun fasilitas fisik yang dibangun di atas artifisial maÂterial yang menyesuaikan deÂngan
trend dan kemajuan zaman. Karakter dibangun di atas fondasi nilai-nilai luhur yang digali dan diwariskan oleh sejarah masa lalu. Dampak yang dihasilkan oleh rusaknya karakter tersebut pun lebih besar daripada kerusaÂkan fisik yang setiap saat bisa diÂbangun dengan mudah. Hal itu sejalan dengan adagium yang meÂnyatakan bahwa kehancuran seÂbuah bangsa diawali dengan kehancuran moral, karakter dan budaya bangsa tersebut.
Artinya, kalau negara ini teÂtap utuh, empat pilar kebangÂsaan teÂtap perlu dijaga semua anak bangsa?Kiranya hal inilah yang menÂdorong kalangan akademisi untuk merevitalisasi empat pilar keÂbangÂsaan dalam merespons perÂsoaÂlan karakter tersebut, yakni Pancasila, UUD 1945, Negara KeÂÂsatuan ReÂÂÂpuÂblik Indonesia (NKRI) dan keniscayaan BhinneÂka Tunggal Ika. Demoralisasi dan degradasi nasionalisme adalah konsekuensi logis dari fenomena marginalisasi keempat pilar tersebut.
Demoralisasi telah memiskinÂkan karakter kebangsaan yang diÂpenuhi dengan tradisi dan buÂdaya, sebagaimana tercantum daÂlam butir-butir Pancasila dan amaÂnah UUD 1945, terwujud daÂlam eksistensi NKRI dan peneriÂmaan terhadap Bhinneka Tunggal Ika. Sulit mejelaskan keberlangÂsungan kehidupan kita sebagai bangsa dan negara tanpa kekuaÂtan pilar tersebut.
Bagaimana dengan pemuda siaga karya?
Persoalan aktual kebangsaan dan keindonesiaan mengundang respons positif dari Partai Golkar. Tahun kaderisasi menjadi moÂmenÂtum penting dalam mengÂhimÂpun kader-kader partai yang sekaligus merupakan kader-kader bangsa yang senantiasa menemÂpatÂkan empat pilar kebangsaan seÂbagai pijakan dan landasan daÂlam berinteraksi antara sesama anak bangsa.
Sulit menafikan kenyataan bahwa aktor-aktor yang mengiÂdap demoralisasi dan degradasi nasioÂnalisme tersebut sebagian besar terdiri dari kalangan muda yang memang berpotensi terjeruÂmus daÂlam kubangan keÂpenÂtingan pragmatis. Ibarat pisau berÂmata dua, potensi positif yang dimilikiÂnya mampu meneguhkan konsoliÂdasi kebangsaan, menata stabilitas sosial, politik, dan ekoÂnomi, serta melestarikan budaya dan ideologi kebangsaan. SebaÂlikÂnya, mereka pun bisa diracuni dengan berbagai kepenÂtingan pragmatis, mendeÂgradasi budaya dan ideoÂlogi keÂbangsaan, hingga kehilaÂngan jati diri dan larut dalam dunia yang secara subjektif dan inklusif diÂanggap sebagai kebenaran.
Apa yang dilakukan terhaÂdap kader muda Partai Golkar?Momentum kaderisasi inilah yang dimanfaatkan Partai Golkar dengan menggerakkan mesin sayap partai Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) seÂbagai lokomotif kaderisasi.
MelaÂlui Jambore Siaga Karya IndoneÂsia yang diadakan selama kurang lebih 2 (dua) pekan di Bumi PerÂkemahan Cibubur, sekitar 3.000 pemuda dididik dan dibina dengan berbagai keteÂrampilan bela negara, teknik peÂnanggulangan bencana, teknik komunikasi dan solidaritas sosial, serta keterampilan sosial dan organisasi.
Kurikulum tersebut berfungsi membangun kesadaran ideologis sebagai anak bangsa yang menÂjunÂjung tinggi nilai-nilai PancaÂsila dan UUD 1945, mengaÂsah kepekaan, kesadaran dan solidaÂritas serta menata keterampilan dan kemandirian sosial.
MencipÂtakan insan generasi muda ideoÂlogis, yang siap dan siaga, peka dan sadar akan jati diri bangsa, mandiri dan terampil, serta menÂjadi
pioneer dan peloÂpor penggeÂrak aksi-aksi positif bagi kehiÂdupan masyarakat. Pada giliranÂnya, mereka akan menjadi “PeÂmuda Indonesia Indonesia yang Tanggap, Tangkas dan Tangguhâ€.
Apa perlu bekerja sama deÂngan pihak lain untuk mengaÂsah keterampilan itu?Ya. Pendidikan, pelatihan dan pembinaan ini melibatkan instiÂtusi dan lembaga-lembaga yang terlibat langsung dalam aksi-aksi sosial-kemasyarakatan, seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Badan SAR Nasional, Kementerian Kehutanan, dan Palang Merah Indonesia, juga bekerja sama dengan institusi TenÂtara Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia.
Pada akhirnya, publiklah yang akan menentukan sejauh mana program dan agenda kepartaian sejalan dengan keÂbutuhan dan kepentingan masyarakat secara luas. Paling tidak, program konÂsolidasi dan kaderisasi telah meÂminggirkan Partai Golkar dari arena konfliktual. Jika tetap konÂsisten, tahaÂpan-tahapan dari Catur Sukses berikutÂnya akan membawa partai ini lebih solid menyongsong kemenangan PeÂmilu 2014.
[rm]