Berita

Sutan Bhatoegana

Wawancara

WAWANCARA

Sutan Bhatoegana: Kami Sudah Mengingatkan Pulang Sebelum Dipanggil

SABTU, 11 JUNI 2011 | 06:49 WIB

RMOL. M Nazaruddin tidak mengindahkan panggilan KPK meski tim Partai Demokrat telah membujuk agar pulang ke Indonesia sebelum dipanggil.

“Yang penting kami sudah mengingatkan. Kami kan tidak bisa memaksa. Tapi kalau mau memaksa pulang, itu kewe­nangan KPK. Saya kira KPK punya cara sendiri untuk bisa menghadirkannya ke sini,” kata Ketua DPP Partai Demokrat Sutan Bhatoe­gana kepada Rak­yat Merdeka, di Jakarta.

Nazaruddin diagendakan di­periksa KPK, kemarin, terkait kasus dugaan korupsi pengadaan dan revitalisasi sarana dan prasarana di Ditjen PMPTK Diknas tahun 2007.


Berikut kutipan wawancara dengan salah satu anggota tim komunikasi, Sutan Bhatoe­gana:

Kunjungan Tim ke Singa­pura dianggap sebagai pembe­laan, sesungguhnya apa tujuan ber­temu Nazaruddin di Singa­pura?
Sebelum kepergian kami, banyak berita tentang partai kami dan berujung pada informasi yang tidak jelas. Untuk mengu­rangi atau menepis rumor yang beredar dan kurang sedap, teru­tama mengenai Partai Demokrat, makanya Pak SBY memerintah­kan kepada DPP dalam hal ini Pak Anas, agar membesuk dan berkomunikasi dengan Pak Nazar di Singapura.

Apa harapan Partai Demo­krat setelah  pertemuan ini?
Pertama, dari pertemuan di Singapura dan konferensi pers di Jakarta, kami ingin menegaskan masalah ini, biarlah untuk intern kami saja.

Apabila nanti dibawa ke ranah hukum, biarkan ranah hukun itu berjalan sendiri. Jangan gara-gara didorong agar tersangkut ke ranah hukum.

Kedua, tidak ada perpecahan di Partai Demokrat. Kami di in­ter­nal bekerja sesuai dengan fungsi­nya masing-masing. Con­toh­nya, Dewan Kehormatan berkerja ber­dasarkan etika dan moral, fraksi berdasarkan fakta hukum. Ini kan harus saling mengisi, jangan ditabrakkan.

Setelah tim mengajukan ingin bertemu, apakah Nazar lang­sung merespons secara positif?
Saya sering berkomunikasi dengan yang bersangkutan. Ketika saya ungkapkan maksud kami ingin menjenguknya, dia meminta waktu untuk berpikir selama satu atau dua hari. Baru Selasa (31/5), Pak Nazar mem­berikan kesediaan dan kepastian bisa bertemu dengan tim. Lalu kami sampaikan kepada Ketum (Anas Urbaningrum), dan beliau setuju. Pada saat itu belum di­pastikan akan bertemu di mana. Tapi Pak Nazar bilang ketika nanti sampai pelabuhan, akan ada yang jemput.

Loh, kenapa tidak menggu­nakan pesawat terbang?
Pak Nazar bilang bahwa dalam pertemuan itu jangan membawa siapa pun termasuk wartawan. Kami jaga permintaan beliau agar pertemuan itu lancar. Kami sudah memprediksi apabila kami pergi melalui bandara, sudah banyak wartawan yang menunggu. Kami tidak ingin berita keberangkatan itu dipublikasikan dulu. Kami ingin bekerja semaksimal mung­kin terlebih dulu, baru kami la­porkan kepada masyarakat se­perti konferensi pers.

Nazar setuju bertemu Selasa, kok bertemunya Jumat, ke­napa?
Begini, semua yang memper­siapkan pertemuan di Singapura adalah Pak Nazar, termasuk pe­nginapan. Pada saat itu kebe­tu­lan beberapa hotel penuh karena weekend. Ketika beliau sudah men­­dapatkan tempat menginap, kami diminta berangkat. Yang jelas kami menginap di hotel Ma­rina Mandarin. Setelah nyam­­­pai di hotel, kami ditele­pon Pak Nazar untuk memberi­tahu perte­muan sekitar jam 9 ma­lam di suatu tempat di luar hotel ter­sebut.

Kenapa pertemuannya di luar hotel?
Kita tidak tahu pertimbangan Pak Nazar. Secara kronologis kami terlebih dahulu yang da­tang. Setelah  30 menit  beliau da­­tang sendirian. Namun Pak Nazar bilang bahwa dirinya bersama beberapa temannya tetapi mereka berada di luar tem­pat pertemuan. Kita bertemu se­kitar dua jam, cerita-cerita ten­tang banyak hal.

Komentar Nazar tentang tes­ti­moni dan SMS gelap?
Beliau tidak tahu-menahu soal itu. Lalu soal blog yang berisi testimoninya adalah bukan milik beliau tapi dia tahu ada orang yang mengutip dari pernyataan Pak Nazar.

Soal twitter, kami bilang kok persis ya Pak Nazar, tapi dia bilang semua itu (isi twitter) ada ketika beliau wawancara dengan salah satu repoter televisi swasta. Dari sana diambil pernyataan itu.

Apalagi yang dibicarakan?
Saya rasa isi obrolannya sama seperti kita ngobrol saja. Tugas kami melihat kondisi dia dulu, benar sakit atau tidak. Lalu kita tanyakan kapan pulang, tugas kita itu saja. Selain itu hanya ngobrol biasa.   [rm]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Slank Siuman dari Jokowi

Selasa, 30 Desember 2025 | 06:02

Setengah Juta Wisatawan Serbu Surabaya

Selasa, 30 Desember 2025 | 05:30

Pilkada Mau Ditarik, Rakyat Mau Diparkir

Selasa, 30 Desember 2025 | 05:19

Bukan Jokowi Jika Tak Playing Victim dalam Kasus Ijazah

Selasa, 30 Desember 2025 | 05:00

Sekolah di Aceh Kembali Aktif 5 Januari

Selasa, 30 Desember 2025 | 04:50

Buruh Menjerit Minta Gaji Rp6 Juta

Selasa, 30 Desember 2025 | 04:07

Gegara Minta Duit Tak Diberi, Kekasih Bunuh Remaja Putri

Selasa, 30 Desember 2025 | 04:01

Jokowi-Gibran Harusnya Malu Dikritik Slank

Selasa, 30 Desember 2025 | 03:45

Pemprov DKI Hibahkan 14 Mobil Pemadam ke Bekasi hingga Karo

Selasa, 30 Desember 2025 | 03:05

Rakyat Tak Boleh Terpecah Sikapi Pilkada Lewat DPRD

Selasa, 30 Desember 2025 | 03:02

Selengkapnya