RMOL. Aksi terorisme beberapa waktu belakangan ini telah menyadarkan masyarakat bahwa ancaman laten terhadap NKRI masih hidup dan bahkan tumbuh subur di tengah masyarakat.
Sebuah detasemen khusus baru-baru ini didirikan oleh GP Ansor, organisasi pemuda Nahdlatul Ulama, untuk memantau aktivitas jaringan teroris. Angka 99 yang mengikuti kata Densus merujuk pada jumlah nama Tuhan atau asmaul husna.
Menurut Munadi Herlambang, salah seorang anggota pimpinan pusat GP Ansor, selain memantau, Densus 99 juga menjalin hubungan dengan organisasi pemuda dan aparat penegak hukum. Hubungan dengan aparat penegak hukum penting dilakukan, karena bagaimana pun kepolisianlah yang memiliki otoritas untuk melakukan penangkapan dan penahanan.
Pembentukan Densus 99 ini, kata salah seorang pengurus DPP Partai Demokrat ini, didasarkan pada pemikiran bahwa seluruh elemen masyarakat bertanggung jawab dan harus terlibat dalam upaya untuk mencegah perkembangan jaringan terorisme.
NU dan Muhammadiyah adalah dua organisasi umat Muslim terbesar di Indonesia yang memiliki peran begitu besar pada masa-masa pembentukan Republik Indonesia. Karena itu, masih menurut Munadi, aspek historis ini juga penting diperhatikan oleh organisasi pemuda di bawah NU dan Muhammadiyah untuk saling bahu membahu dalam menghadapi gerakan kelompok teroris.
Jaringan terorisme yang menggunakan embel-embel Islam, sebutnya lagu, bukan hanya NII ataupun NII KW 9. Masih banyak kelompok Islam ideologis berukuran kecil yang beranggotakan 15 sampai 50 orang dengan kegiatan mirip teroris. Gerakan ini muncul dari alumnus Timur tengah dan biasanya dikomandani kiai-kiai muda eks Timur Tengah.
“Tentunya NU dan Muhamadiyah merasa gerah dengan adanya gerakan Islam radikal yang sudah masuk di negara kita. Ibarat kata, NU, Muhamadiyah dan organisasi Islam moderat lainnya yang membangun bangsa ini, tetapi terorisme ini yang menghancurkannya,†ujar Munadi kepada Rakyat Merdeka Online, Minggu siang (24/4).
Kembali ke Densus 99, Munadi mengatakan, identifikasi gerakan radikal dan jaringan terorisme ini dapat dilakukan dengan men-scanning paham Dinul Islam ala teroris, lalu tafsir versi mereka atas ayat-ayat Al Quran dan hadist, uang penyucian jiwa, infaq bulanan, adanya qiradh tanpa nisbah yang jelas, dan sebagainya. [guh]