Berita

Max Sopacua

Wawancara

Max Sopacua: Pertunangan Itu Tak Berdampak Secara Politik Dan Kekuasaan

JUMAT, 29 APRIL 2011 | 00:12 WIB

RMOL.Wakil Ketua Umum Partai Demokrat, Max Sopacua mengatakan, pertunangan Edhie Baskoro Yudhoyono dengan Siti Ruby Aliya Rajasa tidak memiliki dampak politik.

Sebab, platform dan program Partai Demokrat dan Partai Ama­nat Nasional (PAN) berbeda.

“Pertunangan itu terbina secara pribadi. Partai kan tetap berjalan sesuai relnya masing-masing,” ujar Max Sopacua  kepada Rak­yat Merdeka, kemarin.

Seperti diketahui, putri Ketua Umum PAN Hatta Rajasa, Siti Ruby Aliya Rajasa, yang akrab di­sapa Aliya dilamar Sekjen Partai Demokrat, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas), di kediaman Hatta di kawasan Fatmawati, Jakarta Selatan, Selasa (26/4). Acara lamaran putri Menteri Koor­dinator Bidang Perekono­mian dan putra Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu hanya dihadiri keluarga dekat kedua pasangan.

Max selanjutnya menambah­kan, meski pertunangan itu tidak mempengaruhi platform masing-masing partai, namun hubungan pribadi antara Ibas dan Aliya dapat mengeratkan hubungan PAN dan Demokrat.

“Saya ikut gembira atas pertu­nangan itu. Saya berharap, hu­bungan pribadi antara Mas Ibas dan Mbak Aliya dapat menam­bah solid hubungan kedua par­tai,” papar anggota Komisi I DPR ini.

Berikut kutipan selengkapnya:

Jadi, pertunangan ini tidak ber­dampak secara politik?

Kita harus bisa menghargai Mas Ibas atas pilihan pendam­ping hidupnya. Lantaran pilihan Mas Ibas jatuh pada putrinya Pak Hatta. Tapi terlalu jauh kalau ini dikaitkan dengan politik dan kekuasaan.

Pertunangan atau pernikahan mereka merupakan hubungan pribadi, hubungan antar dua insan yang tidak dapat kita kaitkan dengan perusahaan maupun ke­kuasaan. Pada waktunya, mung­kin mereka akan berjuang sen­diri-sendiri sesuai platform dan program partainya masing-ma­sing menuju Pemilu 2014.

Di masa kerajaan, penika­han putra atau putri kerajaan yang berbeda, biasanya ber­tujuan un­tuk menggabungkan kekua­tan. Apakah pertuangan ini ti­dak akan berdampak se­perti itu?

Saya kira tidak bisa dihubung­kan tradisi monarki di masa lalu dengan situasi saat ini. Di zaman itu, semua kekuasaan berada di­tangan raja.

Pertunangan atau pernikahan  Mas Ibas dengan Mbak Aliya dampak politisnya hanya terjadi antar pribadi. Mengenai partai politik, saya kira pengaruhnya sa­ngat kecil. Terlebih, PAN bu­kan partai yang berada di jalur oposisi.

Secara pribadi, hubungan antar pimpinan partai memang akan semakin dekat. Tapi, hal itu tidak akan mengganggu program ma­sing-masing partai.

Bagaimana kalau terjadi se­suatu dalam hubungan Ibas dan Aliya?

Kalaupun terjadi sesuatu dalam hubungan mereka, ya tidak akan besar pengaruhnya. Seperti yang saya sampaikan tadi, kita tidak bisa menghubung-hubungkan per­tunangan atau pernikahan yang akan terjadi merupakan peng­gabungan kekuatan. Itu me­ru­pakan hubungan dua insan yang ingin menjalani hidup ber­sama-sama.

Persoalan renggang atau akur, tergantung dari masing-masing partai. Kalau terjadi sesuatu ke­mudian hubungan antar partai menjadi renggang, ya tidak dapat kita salahkan atau ditentukan dari dua orang ini, nggak bisa. Itu nggak ada pengaruhnya.

Bagaimana dengan strategi atau rahasia partai?

Saya yakin, mereka dapat mem­­bedakan antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum. Jadi, kita nggak usah berspe­kulasi atau khawatir mengenai hal itu. Pengurus PAN maupun Demokrat juga akan protes, jika Mas Ibas atau Mbak Aliya meng­intervensi platform dan program masing-masing partai.

Sebaliknya, kalau masing-ma­sing partai bisa akur dan ber­si­nergi, itupun bukan untuk ke­pentingan Mas Ibas dan pasa­ngan­nya. Tapi, untuk kepentingan kita semua, kepentingan bangsa dan negara.

Apakah perbedaan ideologi politik antara Ibas dan Aliya bisa berdampak terhadap hu­bungan keduanya?

Inilah bedanya tradisi monarki dan bangun demokrasi yang terjadi saat ini. Dalam sebuah ke­luarga, tidak berarti semuanya menjadi satu. Itu sah saja. Sebab, tidak ada pasal yang mela­rang­nya.

Jadi, kita harus menghindar dari sistem monarki yang ter­bangun pada masa lalu. Sekarang era globalisasi yang serba trans­paran. [RM]


Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

KPK Usut Pemberian Rp3 Miliar dari Satori ke Rajiv Nasdem

Selasa, 30 Desember 2025 | 16:08

Rasio Polisi dan Masyarakat Tahun 2025 1:606

Selasa, 30 Desember 2025 | 16:02

Tilang Elektronik Efektif Tekan Pelanggaran dan Pungli Sepanjang 2025

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:58

Pimpinan DPR Bakal Bergantian Ngantor di Aceh Kawal Pemulihan

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:47

Menag dan Menko PMK Soroti Peran Strategis Pendidikan Islam

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:45

Jubir KPK: Tambang Dikelola Swasta Tak Masuk Lingkup Keuangan Negara

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:37

Posko Kesehatan BNI Hadir Mendukung Pemulihan Warga Terdampak Banjir Bandang Aceh

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:32

Berikut Kesimpulan Rakor Pemulihan Pascabencana DPR dan Pemerintah

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:27

SP3 Korupsi IUP Nikel di Konawe Utara Diterbitkan di Era Nawawi Pomolango

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:10

Trump ancam Hamas dan Iran usai Bertemu Netanyahu

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:04

Selengkapnya