RMOL. Delegasi Majelis Ulama Indonesia akan mengakhiri lawatannya di negeri Ahmadinejad dengan mengunjungi kota Qum.
Qum adalah sebuah kota dimana para calon ulama dan Ayatollah didik dan diasuh. Di kota ini, delegasi MUI akan mengunjungi tiga tempat yaitu; perpustakaan terbesar di dunia Islam, silaturrahim dengan Ayatollah Al-Uzma Nuri Hamadani, dan Universitas Agama dan Perbandingan Mazhab.
Ketika berkunjung ke perpustakaan yang didirikan oleh Ayatollah al-Uzma Mar'asy Najfy, delegasi MUI diperkenalkan dengan ribuan buku yang ditulis tangan oleh para ulama yang hidup sejak seribu hingga ratusan tahun lalu. Di perpustakaan ini ditemukan jutaan koleksi kitab yang terdiri dari berbagai macam disiplin ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu-ilmu sosial dan eksakta.
Konon, perpustakaan ini didirikan oleh Ayatollah Mar'asy untuk menjaga agar kitab-kitab klasik Islam tidak seluruhnya diambil oleh para penjajah Inggris ketika itu. Dengan berbagai tantangannya, pendiri perpustakaan ini berhasil membangun perpustakaan yang hingga hari ini menjadi kebanggaan warga Iran.
Salah satu keunggulan perpustakaan ini adalah kemampuan mereka untuk memperbaiki buku-buku yang sudah sangat tua.
"Di perpustakaan ini, kami memiliki tempat yang kami sebut sebagai rumah sakit buku. Ada beberapa pekerja kami yang khusus dipekerjakan untuk memperbaiki dan merawat buku-buku yang ada. Buku-buku yang diperbaiki di sini tidak hanya berasal dari Iran, tetapi banyak juga berbagai perpustakaan di luar negeri yang mengirimkan bukunya ke sini untuk diperbaiki", demikian kepala perpustakaan, Sayyid Khurasany, menjelaskan.
Iran juga menawarkan kerjasama dengan perpustakaan-perpustakaan Indonesia dalam menjaga naskah-naskah kuno yang dimiliki Indonesia. Dia menambahkan bahwa naskah-naskah kuno perlu dipelihara sebagai salah satu bentuk kecintaan pada ilmu pengetahuan.
[arp]