RMOL. PDIP tetap bersikap kritis terhadap berbagai kebijakan pemerintah yang dinilai tidak pro rakyat. Jadi, tidak mungkin menjadi parpol koalisi pendukung pemerintah.
“Posisi politik PDI Perjuangan tetap konsisten, kritis terhadap kebijakan pemerintah yang meÂnyimpang dari trisakti dan garis politik PDI Perjuangan. Kami akan tetap berada di garis terÂdepan dalam mendorong keÂbijakan pemerintah yang pro rakyat dan peningkatan keseÂjahÂteÂraan rakyat,†ujar Ketua Fraksi PDIP DPR, Tjahjo Kumolo, kepada Rakyat Merdeka, Sabtu (5/3).
Menurut Sekjen PDIP itu, meski ajakan berkoalisi selalu ditawarkan pemerintah dan sekutu koalisinya, PDIP akan tetap konsisten menolak ajakan tersebut. Pasalnya, keputusan untuk menjadi partai yang kritis dan obyektif terhadap kebijakan pemerintah merupakan amanat Kongres III PDI Perjuangan tahun lalu.
“Keputusan PDI Perjuangan belum atau tidak masuk koalisi, bukan keputusan Ibu Megawati, itu merupakan amanat Konggres III PDI Perjuangan. Kongres mengamanatkan kami untuk bersikap kritis dan obyektif terÂhaÂdap kebijakan pemerintah seÂbagaiman thema PDI PerÂjuangan, yakni berjuang untuk kesejahteÂraan rakyat,†paparnya.
Berikut kutipan selengkapnya:Saat ini partai koalisi penduÂkung pemerintah sedang ricuh, bahkan terancam bubar, keÂnapa PDIP tidak mengambil keÂsempatan ini?PDI Perjuangan tidak ingin melibatkan diri dalam kemelut rumah tangga orang lain, karena masih banyak pekerjaan rumah yang harus kami selesaikan. Lebih baik, kami bekerja untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan melakukan konsoliÂdasi internal daripada ikut larut dalam kemelut rumah tangga orang lain.
Bagaimanana kalau perÂtiÂkaian mereka berlangsung teÂrus-menerus?Sayang memang kalau intern Presiden SBY dan koalisinya masih ribut terus. Sebab, hal tersebut akan berdampak dan mengganggu kinerja kabinet, serta program kerja pemerinÂtahan. Kalau kondisi ini terus diÂbiarkan para menteri tidak dapat bekerja maksimal, karena konÂsentrasi terbelah. Mereka pasti memikirkan saya diganti atau tidak. Kerenanya, PDI PerjuangÂan mendukung langkah SBY dalam mereshuffle kabinet.
Kapan reshuffle harus dilaÂkuÂkan?Sebaiknya, reshuffle diperÂcepat. Jadi, tidak akan ada lagi duri dalam pemerintahan. SebaÂgai pembantu Presiden, menteri kan harus loyal dan taat pada Presidennya.
Menurut Anda, menteri apa saja yang tidak loyal dan tidak taat?Soal menteri apa yang harus diganti, saya yakin Presiden saÂngat memahami hal itu dan sekaÂrang adalah momentumnya (reÂshuffle kabinet). Yang pasti, dalam reshuffle nanti, Presiden harus progresif dalam menata ulang pemerintahannya.
Gerindra akan ikut ambil baÂgian dalam reshuffle tersebut dan membidik beberapa kursi menteri, bagaimana menurut Anda?Soal sikap politik Gerindra, kami tidak akan ikut campur. Itu hak politik mereka, tidak bisa dikaitkan dengan sikap PDI Perjuangan.
Bukankan Gerindra dan PDIP merupakan partai koalisi dalam Pemilu Presiden 2009 lalu?Betul. Tapi, kami memiliki sikap politik dan menghargai keÂdaulatan masing-masing. Tidak harus Gerindra mengikuti PDI Perjuangan maupun sebaliknya. Terlebih, reshuffle kan hak preÂrogatif Presiden. Jadi, beliau bebas untuk menilai dan memilih menteri yang dianggap bisa beÂkerja sama.
[RM]