Heru Lelono
Heru Lelono
RMOL.Staf Khusus Presiden Bidang Informasi, Heru Lelono mengatakan, Sekretaris Kabinet (Seskab) Dipo Alam tidak perlu ditegur terkait pernyataannya soal boikot media massa yang menjelek-jelekkan pemerintah.
“Saya kira Pak Presiden tidak perlu menegurnya. Seorang pejaÂbat sekelas Pak Dipo punya tangÂgung jawab dan punya keÂyakinan terhadap apa yang diÂucapÂkannya,†ujarnya kepada Rakyat Merdeka, di Karang Anyar, kemarin.
Berikut kutipan selengkapnya:
Apakah ada instruksi PresiÂden seperti itu ke Dipo Alam?
Tidak ada instruksi Pak PresiÂden kepada Pak Dipo untuk meÂnyampaikan boikot media massa yang menjelek-jelekkan pemeÂrinÂÂtah. Itu inisiatif beÂliau saja.
Menurut Anda mengapa Dipo mengeluarkan pernyaÂtaan seperti itu?
Mungkin Pak Dipo membaca atau mendengar media yang rasaÂnya, apa-apa yang dilakukan peÂmerintah, kok semua salah.
Menurut Anda, apakah perÂnyataan Dipo Alam itu salah?
Saya tidak mau menanggapi ke situ ya, itu kan yang dirasakan beliau. Mungkin pada waktu itu Pak Dipo emosional, saya kira itu manusiawi.
Mengapa Anda tidak mau meÂnanggapinya?
Saya sebagai Staf Khusus PreÂsiden hanya menyampaikan sikap Presiden saja. Yang bisa saya sampaikan adalah sikap Presiden terhadap pers saja.
Memang seperti apa sikap PreÂÂsiden mengenai pers?
Dewan Pers pernah berkunjung ke Presiden, di mana Dewan Pers pernah melaporkan keadaan pers sekarang ini. Tapi yang menjadi perhatian Dewan Pers dan PresiÂden adalah lebih dari 80 persen awak media tidak memahami Undang-undang Pers.
Jadi, sikap Presiden terhadap awak media sudah jelas,yakni haÂrus menghormati Undang-undang Pers, di situ ditulis ada keseimÂbangan berita. Itu harus ditaati.
Kritikan dari media itu saÂngat diperlukan pemerintah, keÂnapa meski mengeluarkan pernyaÂtaan boikot media massa yang menÂjelek-jelekkan pemeÂrinÂtah?
Mengkritik dan menjelek-jelekkan itu berbeda. Pers itu henÂdaknya menyampaikan adanya, obyektif, dan berimbang.
Jujur saja ya, kalau ada yang mengatakan pemerintah sudah sempurna maka saya yang paling depan mengatakan belum. Sebab, hasil pemerintah ini tentu ada yang baik dan ada yang kurang.
Jadi, Pers hendaknya berkata jujur. Katakan bagus kalau meÂmang kerja peemerintah bagus, tapi katakan kurang bila memang di suatu bidang ada kurangnya. Bahkan katakan jelek, bila meÂmang di bidang tertentu kerja pemerintah itu jelek.
Tapi mungkin yang dirasakan Pak Dipo ada media massa yang selalu saja melihat dari sisi neÂgatifÂnya saja, yang jelek-jelek saja. Mungkin itu yang dirasakan Pak Dipo, sehingga merasa perlu menyampaikan hal itu. Tapi saya baca di media massa, katanya Metro TV melakukan soÂmasi, kok seram amat. Ada apa ini.
Bagaimana komentar Anda dengan somasi itu?
Saya kira tidak apa-apa. Cuma masa langsung mau somasi. Tinggal dijelaskan saja duduk maÂsalahnya. Kalau Metro TV merasa tidak selalu menjelek-jelekkan pemerintah, ya sampaiÂkan seperti itu. Kecuali Pak Dipo membawa preman, kemudian membakar kantor Metro, itu lain. Tapi kalau sekadar bicara, kan boleh saja.
Bahwa ukuran itu pantas atau tidak pantas, biar masyarakat yang menilai. Tapi itu jangan dianggap sebagai pelanggaran hukum.
Nah, perlu juga dipahami gaya Pak Dipo secara pribadi sama dengan gaya Pak Jusuf Kalla yang meledak-ledak. Jadi, ada sebab-akibat mengapa Pak Dipo mengatakan itu.
Dipo Alam juga meÂnyeÂbut TV One dan Media InÂdoÂÂnesia, baÂgaiÂmana menurut Anda?
Kita tidak mau berandai-andai. Kita lihat saja nanti. Yang jelas, biarÂkan saja maÂsyaÂrakat yang meÂniÂlai terÂhadap seÂmua yang terÂjadi.
Kalau soal tuÂlisan menjelek-jelekkan pemerintah, mungkin yang menulis berita itu menjadi seÂnang, tapi perlu juga dilihat efekÂnya. Jangan diÂpikir hanya unÂtuk elite saja, tapi rakÂyat kecil juga menÂdeÂrita. Karena inÂvestor tiÂdak jadi masuk. AkiÂbatÂnya nggak ada laÂpaÂngan kerja.
Melihat politik kita gonjang-ganjing terus, maka investor akan balik lagi ke Vietnam dan negara lainnya.
Apa mungkin pernyataan Pak Dipo diamini Presiden?
Diamini bagaimana, ngapain harus diamini. Nggak ada huÂbungannya. Tidak ada perintah dari Presiden seperti itu. Karena Pak Dipo punya kepribadian.
Soal pernyataan Dipo Alam agar menteri tidak memasang iklan di media massa yang menÂjelek-jelekkan pemerintah, baÂgaimana menurut Anda?
Pemerintah boleh dong menenÂtukan media mana untuk memaÂsang iklan. Kalau urusan duit, itu masalah lain dong. Tidak ada yang bisa mengaturnya.
Tidak ada pula di benak pemeÂrintah kalau ada kementerian atau menteri masang iklan di sebuah media tapi beritanya harus bagus terus. Nggak begitu konteksnya. Kalau ada seperti itu, laporkan ke saya, maka segera saya laporkan ke Presiden. [RM]
Populer
Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26
Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48
Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06
Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01
Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17
Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16
Senin, 22 Desember 2025 | 17:57
UPDATE
Rabu, 31 Desember 2025 | 12:10
Rabu, 31 Desember 2025 | 12:08
Rabu, 31 Desember 2025 | 12:01
Rabu, 31 Desember 2025 | 11:48
Rabu, 31 Desember 2025 | 11:40
Rabu, 31 Desember 2025 | 11:38
Rabu, 31 Desember 2025 | 11:26
Rabu, 31 Desember 2025 | 11:21
Rabu, 31 Desember 2025 | 11:16
Rabu, 31 Desember 2025 | 11:02