RMOL. Politisi vokal di DPR mulai merasa lega. Sebab, sudah 114 anggota dan tiga orang pimpinan sudah mendukung usulan pembentukan Pansus Hak Angket Mafia Pajak.
“Walau Partai Demokrat boleh mundur. PKB boleh mengekor. Tapi upaya kita membongkar gemÂbong mafia pajak dan jaÂriÂnganÂnya tidak boleh surut,’’ ujar politi vokal DPR, BamÂÂbang SoeÂÂÂsatyo, keÂÂpada RakÂyat MerÂdeka, di Jakarta, kemarin.
Menurut Wakil Bendahara Partai Demokrat itu, kalau ada parpol atau fraksi yang menolak usulan PanÂsus Hak Angket Mafia Pajak, patut dicurigai ada upaya sisÂtematis untuk melindungi gemÂbong mafia pajak dan meÂnutup-nutupi praktik koÂrupsi dan kolusi di elit kekuasaan.
“Mundurnya Fraksi Partai DeÂmokrat dalam hak angket mafia pajak di DPR merupakan indikasi sikap basa-basi, bahkan terkesan melindungi mafia pajak,’’ ujar anggota Komisi III DPR itu.
Berikut kutipan selengkapnya: Belakangan ini Partai Golkar punya pandangan bersebeÂraÂngan dengan pemerintah terkait mafia pajak, kenapa?
Sikap dan posisi pemerintah harus jelas dalam perang melaÂwan korupsi skala besar yang dikendalikan mafia hukum dan mafia pajak. Sikap tegas pemeÂrintah harus terlihat nyata oleh rakyat karena kemauan politik memerangi mafia hukum dan mafia pajak mulai diragukan.
Anda meragukan niat pemeÂrintah membasmi mafia pajak dan mafia hukum?
Bukan hanya saya, tapi publik yang mulai meragukan. KetidakÂpercayaan itu terus meluas karena ambivalensi sikap pemerintah. Sikap dan posisi pemerintah haÂnya wacana dan pernyataan tenÂtang penegakan hukum, termasuk pernyataan perang melawan koÂrupsi. Namun, implementasi di lapangan benar-benar tak mampu meyakinkan rakyat. Tak hanya ragu, tapi juga bersikap mendua.
Bisa dijelaskan keraguan itu?Muncul kesan pemerintah terÂperangkap. Kesan ini mengeÂmuka karena Presiden tidak berani memberi instruksi tegas atau intervensi bagi berjalannya proÂses hukum skandal Bank CenÂtury serta pengungkapan jaringan mafia pajak.
Saat DPR menginisiasi Hak Angket Mafia Pajak, presiden juga tidak mengerahkan semua kewenangan dan partai penduÂkungnya untuk mendukung iniÂsiatif DPR itu. Padahal, Gayus Tambunan sudah terang-terangan mengungkap adanya pemain beÂsar dalam mafia pajak.
Ada ‘penggembosan’ dari frakÂsi lain dalam upaya mengÂgolkan Hak Angket Mafia PaÂjak, ini pertanda apa?
Walau mereka berupaya mengÂgembosi, tapi kami sekaÂrang boleh bernafas lega. Sebab, saat ini usulan Hak Angket sudah didukung 114 anggota, termasuk 3 pimpinan DPR minus Partai Demokrat.
Itu sudah di tangan Bamus DPR untuk selanjutnya diambil keputusan di sidang Paripurna. Dalam pengambilan keputusan nanti rakyat dapat menilai pihak mana sesungguhnya yang selama ini melindungi mafia pajak dan menutupi praktik korupsi dan kolusi di negara ini. Saya yakin usulan ini tidak bakal terbendung meskipun Demokrat mengancam akan melakukan reshuffle kabinet dan penangkapan kader-kader bermasalah pendukung hak angket mafia pajak.
Ada apa di balik mundurnya Partai Demokrat itu?
Saya menduga mereka baru menyadari bahwa mafia pajak sesungguhnya ada di sekitar meÂreka. Sebab, yang namanya mafia dimana pun di seluruh dunia pasti lengket dengan keÂkuasaan atau pengusaha plus penegak hukum.
Tapi Demokrat berkilah jika mereka dikerjain? Dikerjai siapa? Wong, seluruh konsep dan inisiatornya mereka. Itu hanya alasan akal-akalan saja. Yang benar sesungguhnya DemoÂkrat tidak serius alias gertak sambal. Begitu fraksi lain setuju, dia kebingungan sendiri.
Mereka lalu beralasan takut dibelokkan untuk membubarkan Satua Tugas Pemberantasan Mafia Hukum (Satgas PMH). Padahal, itu nggak ada hubuÂngannya. Kita bicara mafia pajak. Bukan mafia hukum, apalagi satgas PMH. Kita tidak perlu pintar untuk dapat menilai sikap Partai Demokrat yang balik badan itu.
Maksudnya?Mereka mundur sebagai upaya menghambat DPR membongkar ‘gembong’ mafia pajak.
Anda tak yakin pemerintah punya itikad baik dalam meÂnyeÂlesaikan mafia pajak?
Berdasarkan struktur dan traÂdisi mafia pajak itu, kita meÂmang layak untuk pesimistis bahwa organisasi pencuri pajak ini bisa diperangi dalam jangka dekat ini. Apalagi, dari 12 Instruksi PresiÂden itu, tidak menyinggung urÂgensi penyelidikan oleh sebuah tim independen. Sebab, penangaÂnan semua instruksi itu oleh insÂtitusi negara yang sedang mengaÂlami krisis kepercayaan dari puÂblik, efektivitas 12 instruksi memang layak diragukan.
Kita ingat bahwa Instruksi Presiden tentang penyelesaian kasus Bibit-Chandra tidak dilakÂsanakan. Lalu, Instruksi Presiden sebelumnya agar kasus Gayus tuntas dalam tempo 60 hari pun tidak efektif. Apa alasannya bagi kita untuk yakin bahwa 12 insÂtruksi terbaru itu akan efektif. Jangan-jangan, yang lebih meÂngemuka politisasi lagi.
Anda tak takut dicap sebagai provokator?Saya tidak berniat provokatif. Tetapi saya yakin bahwa tekanan publik yang kuat akan mampu mendorong pemerintah lebih teÂgas dan berani memerangi mafia pajak. Karena itu, kita jangan berhenti menggunakan hak meÂnyatakan pendapat pasca para tokoh agama mengecam pemeÂrintah.
[RM]