Hassan Wirajuda
Hassan Wirajuda
RMOL.Bekas Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda mengaku tidak pernah menduga menerima tugas lagi dari Presiden SBY untuk memimpin Satuan Tugas (Satgas) evakuasi Warga Negara Indonesia (WNI) di Mesir.
“Ha ha ha, saya nggak pernah menduga akan menerima tugas lagi dari Presiden. Waktu saya diÂpanggil Presiden, saya kira hanya rapat saja. Karena saya sudah pensiun. Jadi saya tenang-tenang saja. Eh, tahunya malah saya diÂtunjuk Presiden untuk menangani proses evakuasi WNI di Mesir,†ujarnya kepadaRakyat Merdeka, Selasa (1/1) malam..
Sebelumnya diberitakan, untuk menjemput 6.100 WNI di Mesir, SBY membentuk Satgas yang diÂpimpin Hassan Wirajuda. Sebab, Hassan pernah menjadi Dubes RI untuk Mesir.
“Pemerintah telah membentuk Satgas yang dipimpin oleh Hassan Wirajuda. PertimÂbanganÂnya, Hassan mantan Dubes RI di Mesir dan mantan Menlu, seÂhingga cakap,†kata SBY.
Kemudian SBY menunjuk WaÂkasau Marsekal Madya Sukirno sebagai wakil ketua Satgas.
Hassan Wirajuda selanjutnya mengatakan, dengan pengalaÂmanÂnya sebagai Dubes RI untuk Mesir, sehingga tahu peta di negara itu.
“Saya tahu di mana kampung mahasiswa, di mana kantor KBRI, di mana letak konsentrasi demo, dan bagaimana kekenÂtalan hubungan Mesir dan Indonesia,’’ ucapnya.
Berikut kutipan selengkapnya:
Bagaimana ceritanya Anda diÂpilih menjadi Ketua Satgas?
Presiden mengatakan kepada saya, Pak Hassan kan pengalaÂman dua kali penempatan di Kairo sebagai Duta Besar, dan pengalaman sebagai Menlu. Karena itu, Anda sangat memadai sebagai Ketua Satgas Evakuasi WNI di Mesir. Lalu saya bilang, siap pak.
Bagaimana perasaan Anda ketika itu?
Satgas ini, sifatnya darurat. Ini adalah amanat yang harus dilakÂsanakan sebaik-baiknya.
Artinya Anda senang dong?
Ini bukan persoalan senang atau tidak senang, tapi itu keÂwajiban.
O ya, apa saja yang sudah diÂlakukan Satgas?
Menindaklanjuti pengiriman satu pesawat Garuda Boeing 747-400 dalam kapasitas 400 orang. Pesawat itu, sore (Selasa, 1/1) ini bertolak dari Jeddah. Telah memÂberikan cukup waktu bagi pilot untuk istirahat sesuasi dengan standar internasional. Makanya kita mengirim pilot pengganti untuk perjalanan pulang.
Adakah kendala?
Hanya sedikit saja. Pemerintah Mesir melarang transportasi pengguÂnaan bus besar. Setelah kita pahami, takutnya bus itu maÂlah untuk mengangkut demonsÂtran dalam jumlah besar. AkhirÂnya, KBRI dari tadi pagi sudah mengerahkan mobil-mobil kecil (sedan, dan lainnya) milik KBRI, staff KBRI, dan warga untuk memÂfasilitasi warga kita ke airport.
Apa jalan-jalan di sana tidak terkendala?
Jalan-jalan dihadang dengan tank-tank, tetapi relatif tidak menÂcegah orang-orang untuk beÂpergian masuk ke airport. Dengan kata lain, tadi pagi (Selasa 1/1) seÂkitar 400 orang yang dipuÂlangkan.
Bagaimana proses evakuasiÂnya?
Kita sudah atur semuanya. ProÂses evakuasi di Indonesia dilakuÂkan di terminal haji, Pondok Gede. Dari situ kita angkut deÂngan bus atau kereta api untuk dipulangkan ke daerah asalnya maÂsing-masing. Kalau jaraknya jauh Jakarta mengÂgunakan pesawat.
Kenapa tidak di Bandara SoeÂkarno-Hatta?
Kalau di Bandara Soekarno Hatta penuh sesak, tapi di terÂminal Haji nggak penuh sesak, sehingga kepengurusan imigrasi, bea cukai, dan pengaturan transÂportasinya lebih lancar.
Apa ada pembatasan untuk evakuasi?
Kita tidak bermaksud memuÂlangkan semua, apalagi meÂmaksa pulang ke tanah air. Tapi kalau dalam keadaan memÂbaÂhayakan, maka pemerintah berÂkewajiban memuÂlangÂkannya. Karena itu yang kita tarÂgetkan pada kloter pertama ini adalah 400 orang adaÂlah peÂrempuan dan anak-anak. Karena mereka yang paling renÂtan daÂlam situasi kriÂsis ini.
Saat ini, kita sudah punya dua pesaÂwat. Besok (Rabu, 2/1) untuk satu pesawat boeing 747-400 diÂkirim ke Mesir. TenÂtuÂnya memÂperÂhitungÂkan kesiaÂpan adminisÂtrasi yakni paspor, visa, izin terÂbang, dan izin darat.
Kira-kira berapa pesawat yang diperlukan?
Tergantung berapa orang yang dipulangkan. Pertimbangan kita adalah sesuai kebutuhan. Perlu dicatat WNI di sana sekitar 6.149 orang. Sebanyak 4.200 orang pelajar dan mahasiswa, mereka tidak serta merta akan memilih pulang. Mungkin dengan pertimÂbangan, tidak ingin kehilangan pelajaran, dan ujian.
Bagaimana situasi terakhir di Mesir?
Situasi tetap terkendali.
Pertama, demonstrasi berpusat di Midan Tahrir Square yang jauh dari tempat perkampungan maÂhasiswa kita. Kedua, konflik di sana kan demo rakyat yang meÂnuntut Presidennya turun.
Insya Allah tidak sampai upaya evakuasi ini terhambat.
Kira-kira memerlukan waktu beberapa hari?
Tergantung pada situasi krisis di Mesir. Jadi, sulit diprediksi berapa hari kami tuntaskan evakuasi ini. Apakah krisis itu berÂkembang dan tenang-tenang saja. [RM]
Populer
Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26
Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48
Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06
Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01
Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17
Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16
Senin, 22 Desember 2025 | 17:57
UPDATE
Rabu, 31 Desember 2025 | 22:08
Rabu, 31 Desember 2025 | 21:57
Rabu, 31 Desember 2025 | 21:55
Rabu, 31 Desember 2025 | 21:46
Rabu, 31 Desember 2025 | 21:37
Rabu, 31 Desember 2025 | 21:35
Rabu, 31 Desember 2025 | 21:14
Rabu, 31 Desember 2025 | 21:02
Rabu, 31 Desember 2025 | 20:53
Rabu, 31 Desember 2025 | 20:50