Muladi
Muladi
RMOL.Ketua DPP Partai Golkar Bidang Hukum & HAM Muladi mengatakan, pihaknya tidak akan menggugat Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum (Satgas PMH). Sebab, keberadaannya sangat diperlukan.
â€Setelah kita analisis secara komÂprehensif, maka Satgas itu penÂting. Hanya perlu direÂviÂtaÂliÂsasi. Jadi, kami tidak akan mengÂÂgugatnya demi menjaga staÂbilitas politik,’’ ujar Muladi keÂpaÂda RakÂyat Merdeka, di ruang keÂrjanya, di Gedung Lemhannas, Jakarta, kemarin.
Sebelumnya Wakil Bendahara Partai Golkar, Bambang Soesatyo mengatakan, pihaknya berencana mau menggugat Satgas PMH gara-gara dinilai membuat skeÂnario memojokkan Aburizal Bakrie (Ical).
â€Berdasarkan keterangan terÂpidana kasus pajak Gayus TamÂbunan bahwa Satgas yang meÂrekayasa. Jadi, kami akan meÂlakukan langkah hukum untuk menindaklanjuti pengakuan GaÂyus tersebut,’’ paparnya.
“Langkah hukum itu sedang dikaji oleh tim di DPP Partai GolÂkar yang dipimpin Profesor Muladi,’’ tambahnya.
Muladi selanjutnya mengataÂkan, Partai Golkar tidak mau meÂnambah karut-marut kondisi ini dengan menggugat masalah Satgas ke pengadilan.
â€Kalau Partai Golkar mengÂgugat maka akan menimbulkan isu-isu yang baru. Sebab, itu baÂgian dari politisasi,’’ ujarnya.
Berikut kutipan selengkapnya:
Apa itu saja alasannya, seÂhingÂga tidak jadi menggugat?
Ya, seperti itulah. Apalagi, Pak Aburizal Bakrie (Ketum Partai Golkar) menjadi Ketua Harian SetÂgab Parpol Koalisi, sehingga tidak pas kalau kami ikut memÂbiÂkin karut-marut masalah ini.
Jangan-jangan Partai Golkar khawatir ya?
Tidak ada rasa takut seperti itu. DPR juga sudah membentuk angÂket mengenai pajak, di situ juga ada orang Golkar. Otomatis akan meÂmanggil Satgas juga. Kalau mengÂgugat lembaga negara sama saja menggugat Presiden. Kita kan terikat dalam suatu koalisi. Jadi, serahkan kepada proses huÂkum dan politik. Proses hukum meÂlalui jaksa, polisi, dan InsÂtruksi Presiden. Sedangkan proÂses politik kita serahkan ke DPR. Kalau di situ ada tindak pidana maÂka ada tindak lanjutnya. Jadi, ini bukan soal takut. Tapi yang jelas kami tetap akan mengikuti peÂnanganan kasus ini, terutama terkait 12 Instruksi Presiden.
Artinya konsentrasi mengÂawasi kinerja Wapres Boediono kaÂrena Presiden mempercayakan kepadanya soal 12 instruksi tersebut?
Ya, Pak Boediono harus melakÂsanakannya dengan baik. Dan harus ada jangka waktunya. KaÂlau tidak, nanti hanya menjadi angin lalu saja. Yang namanya kaÂsus Gayus harus dibongkar. KaÂrena Gayus itu puncak dari guÂnung es terhadap mafia pajak.
Bagaimana menurut Anda sosok orang-orang Satgas?
Sebenarnya orang seperti Ota, Herman Effendy, Darmono, KunÂtoro adalah orang yang baik.
Bagaimana dengan Denny Indrayana?
Denny saya kira juga orang baik dan pintar. Dia bekas Ketua PuÂkat UGM. Tapi mungkin dia maÂsih muda, sehingga kemaÂtangÂan inÂtelektual tidak didukung keÂmaÂÂtangan kedewasaan priÂbaÂdinya. Jadi, Denny harus introspeksi.
Apa perlu Denny dicopot?
Terserah Presiden. Kalau PreÂsiden masih percaya, ya dilanÂjutÂkan saja. Tapi kalau tidak perÂcaya, ya kenapa tidak dicopot. TaÂpi paling tidak Presiden harus melakukan introspeksi. Sebab, langÂkÂahnya terlalu jauh saja. KaÂlau ada reaksi masyarakat yang terlalu jauh maka dia harus introspeksi apa kesalahannya.
Apa harapan Anda ke Satgas?
Satgas ke depan jangan berÂmain sendiri, selalu berkoordinasi dengan aparat penegak hukum yang berdasarkan UUD 1945. KaÂlau orang bergerak sendiri maÂka akan menimbulkan kecemÂbuÂruan sosial. Alangkah baiknya haÂsil dari Satgas itu dilaporkan ke PreÂsiden, sehingga Presiden yang akan memerintahkan ke polisi. Tidak action dan membuat staÂtement sendiri ke masyarakat. Ini saya kira tidak benar. KeÂliÂhatÂannya, memang yang paling baÂnyak ngomong hanya Denny saja.
Apa ini ada kaitannya dengan politik?
Pasti, karena ujung-ujungnya kan Pemilu 2014. Tampaknya taÂbuh gendangnya sudah dimulai dari 2010 lalu. Menurut saya seÂbaÂgai orang politik, geger politik perlu dibatasi. Ini mengganggu pemÂbangunan. Jadi, yang rugi rakyat juga.
Apa keuntungan Satgas?
Kalau Satgas turut korupsi sih nggak. Hanya langkah-langkah Satgas itu dinilai oleh beberapa pihak terlalu jauh. Satgas itu mesÂtinya harus ada tupoksi yang jelas. Sekarang, kita kan nggak tahu. Selain itu, tidak boleh meÂlangÂgar kode etik. Seperti meÂneÂlepon bojone uwong (menelpon istri orang), itu kan tidak etis.
Apa perlu Satgas dibubarkan saja?
Tidak perlu. Sebab, saya juga mendukung adanya Satgas. Tapi harus direvitaliasi, harus ada kode etik, dan tupoksi yang jelas. Mana yang boleh dan mana yang tidak, sehingga sepak terjangnya tidak ditafsirkan dengan politik.
Tampaknya sekarang ini sarat dengan politisasi ya?
Semuanya memang diÂpoÂliÂtisasi. Presiden curhat soal gaÂjiÂnya tidak naik selama 7 tahun ini, itu dipolitisir dengan koin dan Rp 1 trliun di Solo. Pada akhirnya melecehkan Presiden. Tokoh agaÂma juga mengatakan pemerintah boÂhong. Bukan pemerintah boÂhong tapi janjinya belum dilakÂsanakan. Kalau pemerintah diÂkatakan bohong itu adalah suatu kata-kata yang keras. Masa PreÂsiden bohong sih. [RM]
Populer
Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26
Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48
Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06
Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01
Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17
Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16
Senin, 22 Desember 2025 | 17:57
UPDATE
Rabu, 31 Desember 2025 | 12:10
Rabu, 31 Desember 2025 | 12:08
Rabu, 31 Desember 2025 | 12:01
Rabu, 31 Desember 2025 | 11:48
Rabu, 31 Desember 2025 | 11:40
Rabu, 31 Desember 2025 | 11:38
Rabu, 31 Desember 2025 | 11:26
Rabu, 31 Desember 2025 | 11:21
Rabu, 31 Desember 2025 | 11:16
Rabu, 31 Desember 2025 | 11:02