syahganda nainggolan/ist
syahganda nainggolan/ist
RMOL. Masyarakat memang sangat merindukan kemenangan Timnas Indonesia dalam ajang final Piala Asean Footbal Federation (AFF), tidak peduli siapa pun lawan yang dihadapi di final. Seandainya bukan Malaysia yang menjadi lawan Timnas Indonesia di final Piala AFF, heboh dukungan masyarakat terhadap Timnas Sepakbola Indonesia akan tetap meledak seperti saat ini.
"Ini refleksi dari perlawanan atas rasa 'kalah' yang selama ini selalu diderita rakyat dalam ajang apa pun," kata Ketua Dewan Direktur Sabang Merauke Circle (SMC) Syahganda Nainggolan di Jakarta, Senin (27/12).
Antusiasme dukungan itu juga akibat kehausan masyarakat dalam mewujudkan prestasi bangsa yang prestisius, apalagi sejauh ini pemerintahan SBY dipandang kurang dapat memenuhi kehausan tersebut.
Mahasiswa Program Doktoral Ilmu Kesejahteraan Sosial Universitas Indonesia itu menyebutkan, semenjak keberhasilan menjatuhkan rezim Soeharto pada masa Reformasi 1998, rakyat yang sempat berharap pada kebangkitan Indonesia dalam segala aspek kehidupan, ternyata mendapatkan realitas tidak sesuai dengan cita-cita reformasi.
Diakui, rakyat tidak hanya gagal menikmati hasil reformasi, tetapi justru makin tersingkir oleh kekuatan korup dan para pemodal yang menjalin koneksi dengan elit politik.
"Rakyat tidak memiliki kebanggaan. Mereka frustasi menghadapi kehidupan yang tidak kunjung membaik. Rakyat sudah merasa berperang dan seolah-olah akan menang di awal Reformasi, tapi kemudian hanya menunjukkan kalau mereka selalu 'kalah'," ucap Syahganda.
Perasaan tertekan dan merasa menjadi bangsa yang 'kalah' itu, katanya, semakin menjadi-jadi saat disadari merosotnya prestasi bangsa Indonesia di tingkat dunia dalam segala bidang. Di bidang olahraga, misalnya, jangankan prestasi tingkat dunia seperti Olimpiade atau World Cup, untuk tingkat Asia Tenggara saja, Indonesia sudah tidak bisa menguasai ajang olahraga. Di Sea Games, ranking Indonesia kalah atas Malaysia atau Thailand.
"Bahkan, untuk cabang olahraga bulutangkis yang dulu Indonesia sangat merajai hampir semua kejuaraan internasional, kini Indonesia umumnya selalu berada di bawah Cina, Korea Selatan, atau Malaysia," papar Syahganda.
Karenanya tak heran, ketika Timnas Sepakbola Indonesia mulai 'menjanjikan' prestasi dengan kemenangan atas tim-tim di Asia Tenggara, seperti Vietnam, Filipina, dan Malaysia di babak awal Piala AFF, lanjut Syahganda, rakyat seperti sudah merasakan euforia yang luar biasa. Masyarakat dari segala lapisan, seolah-olah sudah merasakan kemenangan yang luar biasa.
"Padahal kalau toh kita menang lawan Malaysia, kita hanya menjadi juara Asia Tenggara, belum Asia. Jadi, belum ada hitungannya di tingkat sepakbola dunia," ujarnya.
Syahganda menganggap euforia dan kehebohan dalam mendukung Timnas Sepakbola Indonesia itu sebagai hal yang wajar. Namun ia mengingatkan, agar kehebohan itu tidak menghilangkan subtansi perjuangan rakyat untuk bisa hidup lebih sejahtera dan adil.
Ia juga berharap, agar rakyat tetap waspada atas masuknya tokoh-tokoh politik ke dalam kehebohan tersebut. Menurutnya, masuknya para politisi pasti tidak didasari frustrasi rasa 'kalah' dalam segala aspek kehidupan sebagaimana dirasakan rakyat, tetapi memiliki niat memanfaatkan euforia rakyat untuk kepentingan melanggengkan kekuasaan pada Pemilu 2014. [guh]
Populer
Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26
Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48
Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06
Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01
Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17
Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16
Senin, 22 Desember 2025 | 17:57
UPDATE
Senin, 29 Desember 2025 | 20:13
Senin, 29 Desember 2025 | 19:53
Senin, 29 Desember 2025 | 19:43
Senin, 29 Desember 2025 | 19:35
Senin, 29 Desember 2025 | 19:25
Senin, 29 Desember 2025 | 19:22
Senin, 29 Desember 2025 | 19:15
Senin, 29 Desember 2025 | 19:08
Senin, 29 Desember 2025 | 19:04
Senin, 29 Desember 2025 | 18:57