Belasungkawa Ki Manteb Soedarsono

Perwira

Saya mengenal Ki Manteb Soedarsono sejak almarhum masih belum semashur sekarang ketika beliau masih sempat berkenan diundang mempergelar wayang kulit di kediaman paman saya di kawasan Tambak Segaran dan Coyudan, Kota Surakarta.

Dari menonton kepiawaian seni-dalang mandraguna Ki Manteb Sudarsono saya mulai belajar tentang berbagai tokoh wayang purwa serta berbagai lelakon yang tidak ada di Mahabharata mulai dari Sukrasana sampai ke Wisanggeni.

Lahirnya Pandu sampai Puntadewa Muksa. Petruk jadi Ratu sampai Ratu jadi Petruk.

Menurut pendapat subyektif saya, sebagai dalang penuh kreatifitas serta kejenakaan, Ki Manteb Soedarsono merupakan pewaris tradisi pedalangan aliran kontrroversial Ki Nartosabdho yang perwira dalam menghadapi perlawanan dari kaum fundamentalis konservatif tradisional.

Sabetan

Mahaguru kejawen saya merangkap mahapengamat pedalangan, Darminto Odios Soedarmo bersabda bahwa kesaktian ekspresi suara Ki Anom Suroto nan mengalun merdu penuh variasi sama halnya dengan kedahsyatan seni dalang paripuran serta elan gemeletak-tak-tak kendang Ki Nartosabdo diimbangi oleh virtuositas sabetan Ki Manteb Sudarsono tiada tanding bahkan tiada dua di jagad gede mau pun jagad alit ini.

Secara sufistik merogoh sukma dapat dirasakan bahwa makna adiluhur manunggaling kawulo gusti, sangkan paraning dumadi tergores ke dalam sanubari jiwaraga lahirbatin Ki Manteb Soedarsono.

Maka sebagai ungkapan belasungkawa atas wafatnya Ki Manteb Soedaraono, saya mohon ijin memetik untaian obituari persembahan Darminto Sudarmo nan menyentuh kalbu sebagai berikut:

Duh Gusti ingkang akarya jagad, blas mboten nginten bilih Ki Dalang Manteb Soedarsono sampun kapundhut, tilar bawana agung. Mugi husnul khatimah.