"Untuk itu jangan menganggap perbedaan pendapat antarmenteri itu sesuatu yang negatif, dengan cara menggunakan kosa kata yang memojokkan, misalnya dengan menggunakan kata gaduh atau kegaduhan dalam kabinet," kata wartawan senior, Muhammad Ridlo Eisy.
Muhammad Ridlo Eisy menilai keputusan Presiden Jokowi yang disampaikan di Pontianak, Kalimantan Barat, tanggal 22 Maret 2016 tersebut adalah keputusan yang tepat. Sebab Australia pun menangguhkan Floating LNG Project-nya karena biaya pembangunannya membengkak hampir dua kali lipat, pada saat harga minyak dan gas bumi sedang merosot tajam.
Tentu, sambungnya, keputusan Presiden Jokowi ini harus ditindaklanjuti dengan cepat tetapi cermat. Hal yang harus dijaga adalah pengalihan ke darat ini dilanjutkan dengan pembangunan industri Petrokimia di darat dengan mengalokasikan 42 persen dari produksi gas Blok Masela, 500 mmfcd (Million Standard Cubic Feet per Day), untuk industri Petrokimia dari hulu ke hilir.
"Hanya dengan pembangunan industri Petrokimia ini, pengalihan pembangunan Blok Masela ke darat itu lebih menggerakkan pembangunan ekonomi daerah dan nasional, seperti yang dinyatakan Presiden Jokowi," ungkapnya.
[ysa]
BERITA TERKAIT: