Acara itu diisi bincang santai dengan pimpinan
TV One, seperti CEO Anindra Ardiansyah Bakrie (Ardi Bakrie), pemimpin redaksi Karni Ilyas, dan COO David Burke.
Saat berbincang dengan
Kantor Berita Politik RMOL seusai media gathering, Ardi Bakrie sempat menjelaskan misi utama stasiun televisinya.
Ketika
TV One lahir delapan tahun lalu, terang Ardi, publik baru mengenal satu stasiun televisi berita. Medianya berdiri sebagai penyeimbang opini.
"Misi utama kami sampai sekarang memberikan informasi kepada masyarakat Indonesia dengan cepat dan akurat. Untuk itu ada berbagai macam cara. Saya sadari semua orang butuh berita. Tapi ketika kami lahir, TV berita itu jarang ditonton karena bahasanya 'berat'," terang Ardi.
Melihat kenyataan itu, media yang didirikannya lahir dengan misi penting menyajikan berita dengan bahasa sehari-hari.
"Bahasa yang ringan dan mudah dipahami masyarakat luas," jelas Ardi.
Memahami benak publik yang kerap menilai skeptis stasiun-stasiun televisi berita yang dimiliki kekuatan politik tertentu, Ardi menekankan bahwa dirinya selalu tegas menjaga agar stasiun televisinya tetap dipercaya publik.
"Dari awal saya membangun "Tembok Cina" antara manajemen dan redaksi. Redaksi di bawah Pak Karni Ilyas, harus independen. Kami tidak harus selalu berbeda, tapi tetap menjadi penyeimbang," katanya.
Ia menyadari membangun stasiun TV berita bukan hal enteng. Bahkan kritik publik selalu jadi makanan sehari-harinya. Namun, ia memahami itu sebagai konsekuensi sebuah media massa yang terus bertumbuh dan kian matang.
"Sampai sekarang, kepercayaan publik kepada kami tetap begitu tinggi," klaimnya.
[rus]
BERITA TERKAIT: