Sementara pihak mengamini pernyataan Faisal bila melihat fakta kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Namun di sisi lain, banyak juga orang yang membicarakan rekam jejak Faisal, yang tidak pernah menorehkan prestasi luar biasa ketika diberi posisi dan jabatan tertentu.
Di grup-grup sosial media terbatas, bahkan muncul pertanyaan menggelitik: Apakah Faisal Basri juga berani mengatakan bahwa Jusuf Kalla lebih neolib? Bahkan disebutkan, Faisal memang tak mungkin berani mengatakan JK neolib sebab "memiliki kedekatan" dengan orang-orang lingkaran JK.
Tentu saja karena kedekatan itu, pernyataan Faisal ini juga dinilai seakan-akan sedang menutup borok tim ekonomi pemerintahah saat ini, yang banyak didominasi orang-orang JK.
Sudah lama beredar di publik, bahwa memang tim ekonomi dalam Kabinet Kerja ini merupakan "bawaan" Jusuf Kalla, dengan indikasi jelas posisi Sofyan Djalil yang duduk di kursi Menko Perekonomian.
Karena itu tak heran, bila beberapa waktu lalu, dosen dan peneliti dari Universitas Bung Karno (UBK), Gede Sandra, mengatakan bahwa secara tidak langsung, JK adalah biang dari ketidakmampuan pemerintah untuk merespon perkembangan ekonomi global dan untuk keluar dari berbagai defisit makro domestik.
Dalam diskusi bertajuk 'Mekanisme Harga Baru dan Pengaruhnya Terhadap Masyarakat' yang digelar The Habibie Center di Jalan Kemang Selatan, Jakarta (Senin, 15/6), Faisal mengatakan pemerintahan Jokowi bisa dikatakan lebih berpandangan neoliberal dibanding pendahulunya, SBY.
Salah satu indikasi, katanya, Jokowi menerapkan sepenuhnya harga jual bahan bakar minyak (BBM) dengan mengikuti mekanisme harga minyak mentah di pasaran internasional.
[ysa]
BERITA TERKAIT: