Kegeraman publik bermunculan terhadap tokoh politik Myanmar yang juga penerima Nobel Perdamaian Aung San Syu Kyii dianggap tidak perduli dan tidak bersikap atas diskriminasi dan pelanggaran HAM yang menimpa pengungsi Rohingya.
"Kualitas Aung San Syu Kyii ternyata sekelas kambing yang hanya memikirkan rumput hijau atau masa depan karir politiknya di Myanmar dibanding berempati dan mengadvokasi atas diskriminasi HAM Rohingya yang juga pernah dialaminya dahulu dan diperjuangkan masyarakat internasional, "ujar Direktur Eksekutif Pusat Kajian Trisakti, Fahmi Habsyi, beberapa saat lalu (Jumat, 29/5).
"Sikap kita jelas menentang fasisme yang berkedok agama seperti ISIS juga biksu fasis Ashin Wirathu . Dunia salah investasi membela Aung San Syu Kyii dahulu," kata salah satu deklarator Projo ini
Fahmi mengatakan sikap pemerintahan Jokowi-JK yang ikut turun tangan menampung dan menyelamatkan pengungsi Rohingnya harus diapresiasi dan juga cerminan kebijakan politik luar negeri yang sejalan dengan semangat internasional Bung Karno.
"Jika kita hanya bangsa yang individualis pasti berpikirnya untuk apa memikirkan Rohingya ketika masih banyak permasalahan sosial politik dalam negeri yang harus diperhatikan dan tidak mau ikut campur urusan negara tetangga. Tapi itu bukan yang diajarkan founding father kita, "ujarnya.
Ia melanjutkan bahwa Jokowi-JK telah menunjukkan kelasnya dalam empati kemanusiaan lintas dimensi dan layak mendapatkan Nobel Perdamaian tahun ini.
"Khusus San Syu Kyi. Jika dia tau diri pasti akan buang hadiah Nobelnya di Samudera Hindia dikubur bersama pengungsi yang tenggelam," kata Fahmi.
[ysa]