MINYAK DUNIA NAIK

Pemerintah Harus Lebih Cerdas dan Kreatif Hadapi Situasi yang Semakin Sulit

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/yayan-sopyani-al-hadi-1'>YAYAN SOPYANI AL HADI</a>
LAPORAN: YAYAN SOPYANI AL HADI
  • Jumat, 15 Mei 2015, 05:47 WIB
Pemerintah Harus Lebih Cerdas dan Kreatif Hadapi Situasi yang Semakin Sulit
dradjad h wibowo/net
rmol news logo . Harga minyak dunia memang diperkirakan akan merambat naik hingga akhir tahun 2015. Bahkan, minyak mentah jenis brent sudah mulai naik sejak Februari 2015.

"Minyak mentah jenis yang lain, khususnya west texas intermediate (WTI) sekarang juga merambat naik," kata ekonom Dradjad H Wibowo kepada Kantor Berita Politik RMOL beberapa saat lalu (Jumat, 15/5).

Menurut Dradjad, penyebab kenaikan harga minyak dunia ini karena ada kenaikan permintaan minyak dunia sebagaimana dirilis OPEC, menjadi 29,3 juta barrel per hari atau naik 300 ribu barrel per hari. Di sisi lain, aktifitas rig di AS sudah turun sehingga produksi minyak dari AS diduga akan menurun dalam kuartal ketiga dan keempat 2015.

"Ini semua mendorong harga minyak mentah dunia bergerak naik, baik di pasar spot maupun pasar future," ungkap Dradjad.

Dengan kondisi di atas, lanjut Dradjad, karena harga BBM di Indonesia semakin bergerak mengikuti harga dunia, maka memang harga BBM ini akan cenderung naik hingga akhir tahun.

"Kalau pertamax sudah jelas dihitung berdasarkan harga pasar. Jadi Pertamax naik duluan. Hanya masalah waktu saja untuk premium, dan juga pertalite, naik harganya," ungkap Dradjad.

Dilemanya untuk pemerintah Indonesia, sambung Dradjad, kurang dari sebulan lagi sudah masuk Ramadhan, yang biasanya inflasi naik. Bila dinaikkan sebelum Ramadhan, maka inflasi bisa melonjak tinggi. Namun jika dinaikkan sesudah Ramadhan maka efek inflasinya lebih rendah tapi beban subsidi lebih besar.

"Padahal penerimaan APBN masih seret," ungkap Dradjad.

Namun yang jelas, sambung Dradjad, kondisi ekonomi 2015 ini memang jauh lebih berat dari tahun-tahun lalu. Setelah rupiah terdepresiasi tajam maka kondisi fiskal tertekan, dan aktifitas dunia usaha menurun yang ditandai oleh kenaikan debt to equity dan anjloknya omset,

"Indonesia juga harus bersiap-siap menghadapi tambahan kenaikan harga-harga akibat naiknya harga minyak dunia. Pemerintah harus lebih cerdas dan kreatif dalam menghadapi situasi yang semakin sulit ini," demikian Dradjad. [ysa]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA