Pemangkasan itu efektif bersamaan dengan penerapan tarif progresif. Sebab, dengan tarif progresif, akan berlaku sistem tiket elektronik alias
e-ticketing. Saat ini sistem tersebut juga sudah mulai diujicobakan. Rencananya, dengan sistem
e-ticketing dan tarif progresif, biaya perjalanan per penumpang dihitung berdasarkan jumlah stasiun yang dilalui. Untuk lima stasiun awal, PT Kereta Api (KAI) akan mengenakan tarif Rp 3 ribu per orang. Lalu tiga stasiun selanjutnya ditambah sebesar Rp 1.000.
Nah, mulai 1 Juli, tarifnya akan turun. Tiap lima stasiun awal dikenakan tarif Rp 2 ribu dan tiga stasiun selanjutnya Rp 500. Adapun tarif rute yang melewati lebih dari delapan stasiun, misalnya rute Jakarta Kota-Bogor, turun dari Rp 9 ribu menjadi Rp 5 ribu.
Manager Humas Daop I PT.KAI, Mateta Rizalluhaq menjelaskan, pengurangan tarif KRL merupakan subsidi dari kas negara.
"Penurunan ini bukan kebijakan khusus PT KAI. PT KAI tetap mendapat pembayaran Rp9.000 per karcis untuk rute Jakarta Kota-Bogor," ujarnya seperti diberitakan
JPNN.
Sementara itu, Kepala Humas PT KAI Daop I Jakarta, Sukendar Mulya sependapat, setelah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), banyak masyarakat yang bakal memilih KRL Commuter Line sebagai alat transportasi.
"Harga BBM naik dan tarif kereta turun, akan ada migrasi penumpang ke kereta api," ujar Sukendar.
PT KAI sudah siap mengantisipasi lonjakan penumpang ini. Meskipun mulai Agustus 2013 PT KAI akan menyetop operasional KRL ekonomi. Ia optimistis jumlah KRL Commuter Line sudah mencukupi untuk menampung penumpang.
[wid]