Sakti Perjuangkan Kretek Warisan Budaya Nusantara

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ade-mulyana-1'>ADE MULYANA</a>
LAPORAN: ADE MULYANA
  • Senin, 10 Juni 2013, 23:20 WIB
Sakti Perjuangkan Kretek Warisan Budaya Nusantara
ilustrasi
rmol news logo Sebagaimana Kuba, negara yang terkenal dengan cerutunya, Indonesia merupakan penghasil kretek rokok khas campuran tembakau dan cengkeh yang kualitasnya tidak kalah bagus.

Sayang, nasib petani tembakau dan industri rokok Tanah Air semakin memprihatinkan setelah banyaknya perusahaan rokok asing yang masuk ke Indonesia dengan menggunakan tembakau impor.

Menanggapi nasib petani tembakau dan penghasil kretek, Ketua umum Serikat kerakyatan (Sakti) Standarkiaa Latief, mengatakan, nasib buruh di pabrik rokok sangat berpengaruh pada kehidupan buruh apabila perusahaan rokok kretek terancam tertutup. Untuk itu, perlu perlindungan terhadap home industry di bidang rokok atau tembakau.

"Kita berharap agar pemerintah melindungi kepada petani tembakau sehingga bisa membuat mereka hidup lebih layak dan mendapat perhatian," kata Kiaa, begitu dia dipanggil,  di Galery Cafe, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, Senin (10/6).

Kiaa mengatakan ada kepentingan pihak asing yang ingin mengalahkan industri lokal agar tembakau impor atau rokok impor masuk dengan mudah ke Indonesia.
Belum lagi, nasib petani tembakau terancam lebih buruk dengan RUU Tembakau yang kini sedang dibahas.

"Semestinya pemerintah lebih mementingkan keluhan dari para petani yang mengaku hasil tembakaunya sangat murah, dan industri kretek yang tidak dapat dukungan sehingga banyak home industri yang sulit mendapatkan kemudahan dalam mengurus cukai," katanya.

Lebih lanjut dia mengatakan tembakau warisan budaya Nusantara lebih baik dari tembakau impor. Namun home industry rokok lokal tidak bisa memajukan industrinya karena tekanan yang besar pada saat proses order baru. Kerentanan masa depan para petani tembakau dan home industry terjadi akibat kebijakan yang membebankan para petani dan home industry.

Di tempat yang sama pengamat perlindungan hak-hak tembakau Mohammad Sobari, menjelaskan, petani belum bisa menikmati hasil maksimal karena pihak perusahaan besar yang lebih berkuasa.

"Pertarungan ekonomi yang mempengaruhi home industri yang mayoritas kretek, bahwa perusahaan besar hanya menggunakan tembakau impor, " ucapnya. [zul]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA