Hal ini masih saja menimbulkan berbagai polemik di sejumlah media tanah air. Tak terlintas dibenak kita, jika kurikulum di Indonesia yang selalu berubah-ubah, tiap ganti menteri membuat siswa-siswi dan para pendidik bingung.
Lantas apa yang menjadi persoalan sehingga kurikulum di Indonesia ini diubah pada tahun ajaran baru 2013. Melihat beberapa tahun yang lalu dari kurikulum 1994, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) , DAN Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan di tahun ini kurikulum 2013 yang masih terdengar awam di telinga masyrakat dan para pendidik.
Menurut berita yang dilansir dari media online nasional, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, M. Nuh mengatakan, “Zaman sudah berubah. Kompetensi diperlukan untuk pengembangan intelektual siswa juga harus berubah, karena tantangan yang mereka hadapi di masa depan tidak akan sama dengan sekarang,â€
Dari berita di atas, ada kesan bahwa pendidikan di zaman yang semakin maju ini, terlalu dipaksakan sehingga banyak menuai pro dan kontra. Bahkan "Hingga H-54 pelaksanaan kurikulum anggaran terus berubah, apa pemerintah mau ngotot kurikulum 2013 diterapkan pemerintah pada Juli 2013 ini?," kata Ismail Guntur, Presidium Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI).
Terlebih soal dana untuk kurikulum baru ini memakan anggaran untuk Kurikulum 2013 adalah sebesar Rp 1,1 triliun. Kemudian diturunkan jadi Rp 829 miliar. Hal ini mungkin perlu kebijakan DPR mengenai anggaran dan perlunya pengawasan yang ketat untuk menghindari oknum �" oknum yang memanfaatkan hal ini. Menurut Anggota DPR RI komisi X DPR Rohmani menyampaikan DPR tidak diberi cukup waktu untuk mempelajari rancangan kurikulum 2013.
Untuk anggaran pelatihan dan sertifikasi guru, dan pengadaan buku pegangan guru dan siswa diambil dari Dana Alokasi Khusus (DAK). Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud) Bidang Kebudayaan Wiendu Nuryanti mengatakan, dalam proses pembangunan pendidikan, peran guru yang kompeten sebagai ujung tombak dan eksekutor penyampai materi tak kalah pentingnya dari kurikulum pendidikan. Lalu solusi dari penyelesaian ini bukan hanya siswa �" siswi yang menjadi kelinci percobaan, peran pendidik pun ikut menjadi "wortel" sang kelinci.
Peran guru yang amat sangat penting bagi kualitas pendidikan menjadi ujung tombaknya karena merekalah sebagai penyampai pesan bahan ajar terhadap siswa �" siswinya. Di sini kemampuan guru diuji, bukan hanya pusing bagi guru yang merasa belum kompeten. Mereka berbondong �" bondong untuk selalu mengikuti pelatihan dan sertifikasi guru.
Dan bukan kurikulumnya lah yang harus dibenahi saat ini, faktor utamanya adalah guru yang inspiratif dengan pembangunan manajemen yang baik antara siswa dan gurunya dan menciptakan kurikulum yang tahan lama bukan sebagai ajang rutin tiap ganti menteri, ganti kurikulum.
Damia Rizkita
Mahasiwa Semester 6 Jurusan Teknik Grafika dan Penerbitan
Politeknik Negeri Jakarta