Gentong Desa, Ketika 800 Juta Orang Tak Punya Akses untuk Dapatkan Air Bersih

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/zulhidayat-siregar-1'>ZULHIDAYAT SIREGAR</a>
LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR
  • Senin, 12 November 2012, 21:36 WIB
<i>Gentong Desa, Ketika 800 Juta Orang Tak Punya Akses untuk Dapatkan Air Bersih</i>
ilustrasi
rmol news logo Gentong Desa atau Gerakan Gotong-royong Demi Setetes Air. Itulah tema kampanye yang dikerjakan bersama antara Bank HSBC, Lembaga Kemanusiaan Nasional Pos Keadilan Peduli Ummat (PKPU) dan Forum Nasional CSR Kesejahteraan Sosial untuk mengkampanyekan penggunaan air bersih, sanitasi dan kebersihan.

Kampanye Gentong Desa itu dimulai dengan Walk for Water yang dilakukan hari Minggu kemarin (11/11) di kawasan Jalan Jenderal Sudirman. Tak kurang dari seribu karyawan HSBC dan anggota masyarakat Teluk Naga, Tangerang, Banten, menghadiri kegiatan yang merupakan bagian dari HSBC Water Programme itu.

“Semangat gotong-royong yang selama ini kami ketahui menjadi bagian dari keseharian masyarakat Indonesia menjadi sangat penting untuk terus dibangkitkan, termasuk dalam mengatasi persoalan air bersih,” ujar Chief Risk Officer HSBC Indonesia, Chris J. K. Murray, seusai jalan sehat.

Menurutnya, saat ini hampir 800 juta orang tidak memperoleh akses air bersih, dan sekitar 2,5 miliar penduduk tidak memiliki fasilitas sanitasi. Dengan tren demografis yang semakin meningkat ini serta dampak dari perubahan iklim yang juga semakin tajam, maka pengelolaan air menjadi persoalan krusial di dunia.

“Hari ini, di Indonesia, kami menyambung gerakan edukatif Water Festival beberapa bulan lalu di Pantai Ancol dengan program Gentong Desa. Kami gembira dapat bergandengan tangan dengan masyarakat penerima manfaat dalam mengupayakan air bersih dan sanitasi. Jalan sehat Walk for Water adalah langkah awal yang baik di dalam kemitraan ini,” ujarnya.

Sementara Head of Communications & Corporate Sustainability HSBC Indonesia, Maya Rizano, menekankan partisipasi masyarakat setempat di dalam pembangunan maupun perawatan dari pompa, gentong raksasa sebagai penyimpanan air, serta sarana MCK. Karyawan HSBC secara sukarela membantu pembangunan dan kampanye sanitasi bagi masyarakat Teluk Naga, Tangerang, Banten, sebagai penerima manfaat.

“Kami konsisten menggerakkan keterlibatan karyawan sebagai sukarelawan karena ini mendidik kami untuk lebih peka terhadap lingkungan. Perlu partisipasi aktif dalam membangun kehidupan masyarakat yang lebih baik. Bukan sekadar mendanai,” tandas Maya.

Adapun Presiden Direktur PKPU Agung Notowiguno menambahkan, Gentong Desa merupakan program penyediaan sarana air bersih, sanitasi, dan kebersihan atau Water, Sanitation, and Hygiene (WASH) berbasis komunitas. Secara aktif masyarakat penerima manfaat terlibat mulai dari perencanaan, konstruksi, sampai manajemen fasilitas. Program Gentong Desa juga mencakup penyediaan tempat penyimpanan air berupa gentong berdiameter 2,7 meter dengan tinggi 2,25 meter. Ukuran tersebut akan tercatat sebagai rekor baru di Museum Rekor Indonesia (MURI).

Pada kesempatan yang sama, Ketua Forum Nasional CSR Kesejahteraan Sosial La Tofi menilai pendekatan kegotongroyongan yang dilakukan oleh HSBC Indonesia ini sejalan dengan Kesetiakawanan Sosial Nasional yang diperingati setiap 20 Desember dan terus didorong oleh pemerintah untuk mengatasi kesenjangan di masyarakat.

“Kampanye konservasi air dan gerakan hidup sehat yang dilakukan secara berkelanjutan melalui kemitraan HSBC dengan masyarakat menunjukkan kepekaan sosial perusahaan. Masyarakat dan karyawan sama-sama dihargai sebagai pemangku kepentingan perusahaan. Ini praktik CSR yang benar,” tegas La Tofi.

Sekitar 150 kepala keluarga akan menerima manfaat program Gentong Desa. Lokasi yang menjadi prioritas HSBC Indonesia untuk saat ini adalah Teluk Naga, Tangerang, Banten. Teluk Naga adalah sebuah subdistrik yang terletak di sisi barat Jakarta, sekitar 15 km dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Tercatat, Teluk Naga terdiri dari 13 desa dan dihuni oleh sekitar 500.000 orang. Sebagian besar dari mereka bekerja sebagai nelayan, petani, dan buruh.

Teluk Naga sejak lama dihuni masyarakat asli Betawi dan keturunan Tionghoa. Asimilasi dari dua komunitas tersebut memperkaya sejarah dan keragaman budayasetempat. Ini dianggap sebagai keunikan dan modal sosial dari Teluk Naga. Selain itu, daerah ini memiliki kolam ikan, sungai, dan pantai yang potensial. Meskipun demikian, banyak penduduk di Teluk Naga masih melakukan buang air sembarangan dan penggunaan langsung dari sungai untuk mandi, mencuci, minum, dan bahkan memasak. [zul]

  • TAGS

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA