Besok, 11 Juli 2012, hari yang ditunggu-tunggu itu pun tiba. Warga Jakarta akan terbelah dua. Sebagian berbondong-bondong mengunjungi tempat pemungutan suara (TPS) dan memilih satu pasang calon gubernur dan calon wakil gubernur dari enam pasang yang bertarung dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta tahun 2012.
Sebagian lagi, dengan berbagai alasan, memilih untuk tidak memberikan suara. Secara politis keputusan untuk tidak memberikan suara inilah yang disebut dengan golongan putih (golput).
Bukan tidak mungkin sebagian yang golput adalah pendukung sang incumbent Fauzi Bowo yang percaya bahwa sebegitu besar dukungan yang akan diraih Fauzi sehingga ketidakhadiran mereka memberikan suara tak akan mempengaruhi kemenangan Fauzi.
Sebagian lain yang memilih golput adalah kelompok yang walaupun menginginkan perubahan kepemimpinan di Jakarta namun tidak percaya pada proses pemilihan . Di mata mereka, pemilihan gubernur tahun ini diwarnai praktik kecurangan yang terang benderang.
Mulai dari daftar pemilih tetap (DPT) yang berantakan sampai surat undangan untuk hadir di TPS yang belum tersebar secara merata. Walhasil, mereka percaya bahwa proses pemilihan sudah ditunggangi dan diakal-akali.
Apapun itu, pemilihan esok hari akan sangat menentukan.
Kubu Fauzi Bowo berharap jagoannya dapat menang satu putaran. Sementara kubu yang lain (lima kandidat lainnya) berharap pemilihan dapat dilakukan dalam dua putaran, dan jagonya lah yang akan melangkah ke putaran final.
Seorang polster papan atas di negeri ini suatu kali mengatakan, peluang pemilihan gubernur DKI Jakarta dilakukan dalam satu putaran masih fifty-fifty. Ada dua faktor yang menentukan: pertama, golput, dan kedua, swing voters atau peralihan suara pemilih beberapa saat sebelum memberikan suara.
Selama dua bulan terakhir, mengiringi Rakyat Merdeka Online (RMOL) dan JakartaBagus.Com (JBC) menggelar poling calon gubernur dan calon wakil gubernur DKI Jakarta pilihan pembaca.
Setelah mengalami naik turun di dalam perjalanannya, saat poling ditutup pasangan nomor 1, Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli berada di posisi teratas dengan 34,21 persen dukungan. Diikuti pasangan Hidayat Nurwahid dan Didik J Rachbini (31.21 persen). Pasangan Alex Noerdin dan Nono Sampono berada di tempat ketiga dengan 30.77 persen. Adapun tiga pasangan lain tak memperoleh dukungan yang signifikan.
Joko Widodo dan Basuki T. Purnama berada di urutan ke empat dengan 3,11 persen dukungan, Hendardji Supandji dan Achmad Riza Patria dengan 0,46 persen dukungan serta Faisal Basri dan Biem T. Benjamin dengan 0,24 persen dukungan.
Karena tidak dikerjakan dengan mengikuti kaidah akademis maka dapat dikatakan bahwa hasil poling yang menggunakan metode one IP one vote ini tidak menggambarkan pilihan masyarakat Jakarta.
Redaksi perlu menyampaikan bahwa poling ini, kalau pun dapat disimpulkan, adalah gambaran sikap pembaca RMOL dan JBC. Itupun yang bersedia memberikan suara dalam poling. [***]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: