Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang juga Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat diharapkan berperan sebagai pemersatu terhadap kondisi di tubuh partai berlambang bintang mercy yang semakin dililit krisis internal di sejumlah elitnya baik berupa pengelompokan, perseteruan dan saling hadang, maupun bentuk persaingan tidak sehat lainnya di antara kader inti serta pengurus pusat.
"Fenomena carut-marut sekaligus konflik di dalam Demokrat juga diperkeruh akibat ketidakdewasaan para pendirinya," tegas Ketua Dewan Direktur Lembaga Kajian Publik Sabang-Merauke Circle (SMC), Syahganda Nainggolan, di Jakarta, Rabu (20/6).
Ia mengatakan, situasi cukup berat yang kini melanda Partai Demokrat berdampak buruk bagi publik khususnya simpatisan dan para kader Demokrat yang mendambakan terpeliharanya kebesaran partai tersebut.
"Risiko politiknya sangat mahal, karena dapat mengancam soliditas organisasi selain keterpurukan Demokrat dalam ajang Pemilu 2014, mengingat pola konfliknya yang kasar alias tidak bermutu, konfrontatif, dan cenderung dibiarkan tanpa solusi yang
Menurutnya, meski Demokrat merupakan partai moderen, namun penampilannya yang sepenuhnya bergantung pada keberadaan patron atau sosok SBY, telah menjadikan dinamika konflik di lingkungan internalnya tidak mudah diselesaikan oleh para pengurusnya. Bahkan, Anas Urbaningrum selaku ketua umum pun tidak berdaya melayani pusaran kemelut yang menimpa Demokrat.
"Jadi, pilihan penyelesaiannya ada di SBY untuk tetap mempersatukan Demokrat,†tandas anggota dewan pengarah Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA-ITB) Pusat itu.
Namun demikian, Syahganda tidak menampik SBY tergolong tidak cekatan mengatasi problem besar Demokrat, padahal kenyataan itu berisiko melahirkan antipati politik dari masyarakat luas secara serius. Lebih disesalkan lagi, pamor SBY sendiri justru diragukan karena ikut melibatkan diri dalam mekanisme konflik.
"Seharusnya, kan SBY mengambil fungsi sebagai negarawan, dengan menjadi teladan politik bagi masyarakat dan kader-kader Demokrat. Sisi inilah yang tidak dijawab serta dilakukan oleh SBY dalam kapasitas satu-satunya patron di Partai Demokrat," ujarnya.
Syahganda menambahkan, SBY harus meniru cara mantan Presiden Soeharto di masa terciptanya konflik yang juga berkali-kali mendera internal Golkar. Dalam setiap hadirnya ketidakseimbangan di tubuh Golkar, Soeharto kerap mampu mengeliminasi persoalan hingga beban dan area konflik tidak meluas ke permukaan.
"Pada saat bersamaan, Soeharto pula yang mempersatukan dimensi-dimensi konflik dari pengurus ataupun terkait ketidakharmonisan elemen inti para kader Golkar, untuk kemudian secara politik berhasil mengeluarkan Golkar dari kesulitan," ungkap Syahganda. [zul]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: