Pernyataan Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat SBY bahwa ada partai yang lebih korup dibanding partainya terus dipersoalkan.
Anggota Komisi III DPR Ahmad Yani menegaskan, sebagai Kepala Pemerintahan, SBY tak pantas membanding-bandingkan partai yang satu dengan partai lain dalam hal jumlah kader yang tersangkut korupsi.
"Karena tidak boleh dibandingkan tindak pidana korupsi itu. Korupsi dalam sekecil apapun tidak bisa ditoleransi. Dan tidak bisa digeneralisir institusi tertentu. Nggak boleh. Karena tidak ada satu pun platform partai yang ingin korup," kata Yani kepada Rakyat Merdeka Online kemarin.
Malah, politikus PPP ini meragukan data yang dibeberkan oleh SBY pada pertemuan Forum Komunikasi Pendiri dan Deklatator Partai Demokrat Rabu malam lalu di Hotel Sahid, Jakarta.
"Kita nggak tahu apa dia mengetahui atau mendapat input yang keliru juga. Karena SBY ini ada problemnya juga dengan orang-orang sekitarnya yang memberikan input kadang-kadang, bahkan selalu keliru terus," jelas Yani.
Namun, dia menekankan, partainya tidak tersinggung dengan pernyataan SBY tersebut. "Nggak pernah tersinggung. Karena tidak pernah merasakan itu," ungkap Yani.
Sebelumnya,SBY pun membeberkan data-data untuk menguatkan pernyataannya bahwa banyak partai lain yang lebih korup.
"Saya beri contoh. Di DPRD Provinsi, dalam jangka 2004 hingga tahun ini, 2012, korupsi yang dilakukan oknum Demokrat 3,9 persen atau peringkat 5 dari seluruh partai. Masih ada 4 partai lain di atas kita. Masing-masing ada 34,6 persen, 24,6 persen, 9,2 persen dan 5,32 persen. Total 75 persen," beber SBY.
Sedangkan untuk DPRD Kabupaten/Kota pada periode yang sama Demokrat menempati peringkat tiga dengan 11,5 persen, terkait kader partai yang terlibat kasus korupsi. Di atasnya, terang SBY, masih ada dua parpol, masing-masing 27 persen, dan 14,4 persen.
"Sedangkan untuk tingkat Menteri, DPR, Gubernur, dan Wali Kota/Bupati, oknum PD juga menempati posisi tiga. Di bawah dua parpol. Diatasnya masih ada dua parpol dengan angka 33,7 persen, dan 16,6 persen," imbuh SBY. [zul]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: