Kontras: Penuntasan Kasus Masa Lalu yang Melibatkan Sudomo Harus Jalan Terus

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ruslan-tambak-1'>RUSLAN TAMBAK</a>
LAPORAN: RUSLAN TAMBAK
  • Jumat, 20 April 2012, 11:41 WIB
Kontras: Penuntasan Kasus Masa Lalu yang Melibatkan Sudomo Harus Jalan Terus
sudomo/ist
RMOL. Meski sudah meninggal dunia, Sudomo tetap saja meninggalkan kontroversi bagi sementara kalangan, sebagaimana di masa hidupnya.

Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) misalnya. Kontras mengucapkan bela sungkawa atas meninggalnya Mantan Pangkopkamtib ini. Di saat yang sama, Kontras juga menegaskan bahwa karier Sudomo tidak dapat dipisahkan dari keterlibatannya dengan sejumlah kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) masa lalu.

"Seperti kasus tragedi 1965/1966, kasus penembakan misterius 1982-1985, kasus Tanjung Priok 1984 dan kasus Talangsari Lampung 1989," kata Koordinator Kontras, Haris Azhar, kepada Rakyat Merdeka Online beberapa saat lalu (Jumat, 20/4).

Dalam kasus penembakan misterius (petrus) 1982-1985, ungkap Haris, pada saat itu Sudomo menjabat sebagai Pangkopkamtib dan menggelar operasi untuk menertibkan preman bertatto dan pengemis di beberapa wilayah di Indonesia dengan tujuan untuk memerangi premanisme. Tercatat selama kurun waktu kurang lebih 3 tahun itu, sebanyak 721 orang bertatto ditemukan meninggal secara misterius di pinggir jalan, sungai maupun tempat umum lainnya dengan luka tembak di kepala dan dada.

"Diantaranya bahkan ditemukan dengan posisi tangan dan kaki terikat. Tidak pernah ada proses hukum terhadap mereka yang diduga terlibat dalam peristiwa petrus tersebut," tegas Haris.

Semasa hidupnya, selain pernah menjadi Pangkopkamtib, Sudomo juga pernah menjadi Kepala Staf TNI AL, Menkopolkam, Menteri Tenaga Kerja dan Ketua Dewan Pertimbangan Agung (DPA) pada era kepemimpinan Soeharto. [ysa]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA