"Fauzi Bowo tidak terlalu kuatir karena angkanya Tantowi Yahya stagnan," ungkap Direktur Eksekutif Cyrus Network Hasan Nasbi kepada
Rakyat Merdeka Online (Selasa, 17/1).
Tapi, untuk saat ini, posisi Fauzi Bowo benar-benar terancam. Karena elektabilitas Walikota Solo Joko Widodo melejit dari posisi empat dengan elektabilitas 6,0 persen pada dua pekan lalu saat ini nangkring di posisi dua dengan angka 17,3 persen. Jokowi hanya terpaut 7 poin dengan Fauzi Bowo yang tetap di urutan pertama dengan angka 24,0 persen. Hal itu berdasarkan survei terakhir Cyrus Network, yang
dipublikasi Senin kemarin. Padahal, nama Jokowi baru dua bulan mencuat ke publik sebagai salah seorang calon gubernur Jakarta, meski dia sendiri belum pernah menyatakan akan maju.
"Selama ini Fauzi itu masih bertengger di posisi pertama tanpa sebuah keadaan yang
terancam sekali karena publik belum disodorkan alternatif pemimpin yang lebih menjanjikan. Tapi ketika muncul calon alternatif, yang lebih menjanjikan seperti Jokowi hari ini, meski Jokowi juga belum menyatakan diri akan maju di DKI, tapi posisi Fauzi Bowo sudah terancam," bebernya.
Lalu apa yang harus dilakukan Fauzi Bowo agar elektabilitasnya tidak disalip Jokowi?
"Ya, Fauzi Bowo itu kalau menurut saya banyak-banyak berdoa saja. Karena yang paling susah dilawan dengan kekuatan apa pun, itu sentimen publik. Artinya aspirasi publik terus bergerak dari angka 6 persen (elektabilitas Jokowi) 2 minggu yang lalu kemudian terjadi gelombang pemberitaan yang positif terhadap Jokowi (setelah mobil Kiat Esemka mencuat). Sekarang selisihnya tinggal 7 persen (dengan angka elektabilitas Fauzi Bowo)," jawabnya.
"Tapi memang Fauzi Bowo punya
strong voter sekitar 25 persen. Itu pemilih fanatik.
Tapi itu kan berbahaya kalau pemilih fanatiknya hanya segitu," demikian Hasan Nasbi
mengingatkan.
[zul]
BERITA TERKAIT: