Ketidakberanian Presiden merenegosiasi kontrak karya, dalam hemat FPT, sama saja membiarkan berlangsungnya "penjajahan" oleh Newmont terhadap negara, khususnya rakyat Sumbawa.
"Renegosiasi harus dilakukan. Jangan korbankan masyarakat," kata Presiden Front Pemuda Taliwang (FPT) Sahril Amin Dea Naga kepada
Rakyat Merdeka Online beberapa saat lalu (Minggu, 15/1).
Selama ini, menurutnya, PT Newmont Nusa Tenggara (PT NNT) menganggap kontrak karya sebagai "kitab suci", padahal dialah yang membuat ketidakberesan-ketidakberesan eksplorasi berlangsung.
Sahril aneh betul mengapa Presiden berani merenegosiasi kontrak karya sektor batu bara, sementara terhadap tambang dan emas, terutama terhadap Newmont tidak dilakukan. Jelas, tegas dia, masyarakat, steakholder di daerah, Bupati Sumbawa dan Sumbawa Barat, Gubernur NTB maupun DPRD di sana sudah menyampaikan keinginan untuk renegosiasi.
"Jangan biarkan daerah bergejolak. Presiden harus memikirkan itu. Jangan buat rakyat marah. Berkacalah dari kasus Bima dan Freeport di Papua, kita tidak mau seperti itu," tandasnya.
[dem]