"Pimpinan Polri harus bertanggungjawab. Mundur atau dipecat! tegas Ketua Umum Dewan Koordinasi Nasional Forum Silaturahmi Santri (DKN FORSIS), Misbah Shoim Haris, kepada
Rakyat Merdeka Online, beberapa saat lalu (Rabu, 14/12).
Aneh betul, kata Shoim, pembantaian 30 warga Mesuji yang terjadi dalam kurun 2009-2011 oleh aparat dilakukan dengan alasan untuk memuaskan perusahaan asing. Dan aneh betul, kata dia lagi, negara dalam hal ini Kapolri, Menkopulhukam dan Presiden SBY tidak mengetahui peristiwa tersebut.
"Mental inlander masih bersemayam di tubuh para pimpinan negeri ini. Dulu para priyayi mengabdi pada Belanda, sekarang pada pemodal-pemodal asing," tegas Shoim.
Tadi siang, warga korban Mesuji Provinsi Lampung, mengadukan nasib mereka ke Komisi III DPR. Mereka didampingi mantan Asisten Teritorial Kepala Staf Angkatan Darat Mayor Jenderal TNI (Purn) Saurip Kadi. Meraka menyerahkan cakram atau CD yang berisi video pembantaian tersebut.
Dalam cakram ada dua file foto dan video. Untuk foto, file pertama diberi judul "Foto Kejadian Baku Tembak Antara Petani & Aparat di Lampung". File foto kedua berjudul "Pelanggaran HAM". Sedangkan file video pertama diberi judul "Bentrok Warga Sungai Sodong Vs PT SWA", file video kedua diberi judul "Kisah Sadis I", file ketiga berjudul "Kisah Sadis 2-Sodong Palembang" dan file 3 berjudul "Potong Kepala".
Ketika file video pertama yang berjudul kisah Sadis I diputar, tampak pemandangan mengenaskan. Di satu desa, tepatnya di pinggir jalan, tampak tubuh manusia tanpa kepala digantung di tiang listrik yang ada di pinggir jalan. Pria itu memakai kaos berwarna biru dan bercelana jean biru. Tangan kanan lelaki itu mulai dari siku diikat di tiang listrik.
Setelah pemandangan mengenaskan itu, nampak gambar di salah satu halaman rumah tergeletak sosok lelaki berperawakan kekar sudah tak bernyawa. Tubuh lelaki berpakaian kemeja putih dan bercelana jean serta bersepatu cats warna putih penuh luka bacokan. Di bagian kepalanya mengalir darah segar. Setelah itu, dua kepala manusia yang diletakkan di atas atap mobil berwarna merah muncul dalam adegan berikutnya.
"Peristiwa ini menunjukkan rezim SBY-Boediono gagal melindungi warga negara. SBY-Boediono gagal memberikan keadilan bagi rakyat," tandas Shoim.
[dem]
BERITA TERKAIT: