Oleh karena itu, Pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan masih merupakan satu pulau (daratan) besar. Selama ribuan tahun kemudian, air laut naik perlahan-lahan sampai sekitar 60 meter di bawah muka laut sekarang pada zaman sekitar 12.000 tahun lalu. Dari sekitar 11.600 tahun lalu data geologi mencatat kenaikan muka air laut tiba-tiba atau yang sangat cepat dalam beberapa tahap, sampai muka air laut setinggi sekitar hanya 5 meter dari muka laut sekarang pada masa sekitar 7.000 tahun lalu.
Pada masa ini Pulau Jawa, Sumatra, dan Kalimantan sudah terpisah dan wilayah bekas dataran rumput purba di Laut Jawa yang ketika itu diairi oleh sungai besar dan dikelilingi oleh dataran tinggi dan gunung-gunung api nan elok, sudah seluruhnya digenangi laut.
Ada hipotesa yang mengatakan bahwa kenaikan muka air laut cepat pada sekitar 11.600 tahun lalu itu berkaitan dengan letusan Krakatau purba, namun sampai sekarang belum ada penelitian untuk pembuktiannya.
Demikian juga tentang keberadaan peradaban Indonesia kuno sebelum dan setelah letusan yang diceritakan oleh Pustaka Raja Parwa tersebut di atas. Baru-baru ini dua ilmuwan dunia, yaitu Profesor Arsyo Santos dan Profesor Stephen Openheimer mempublikaskan hipotesanya bahwa daratan Atlantis yang tenggelam itu adalah Daratan Sunda. Buku yang ditulis Prof. Santos berjudul Atlantis, The Lost Continent Finally Found, dan buku Prof. Openheimer berjudul Eden in The East.
Mereka percaya bahwa letusan Krakatau berkaitan dengan musnahnya Kerajaan Kuno pada sekitar 11.600 tahun lalu tersebut. Namun belum ada data dan analisis ilmiah yang cukup untuk mendukung hipotesanya ini.
Terlebih lagi mengingat bahwa sampai saat ini ilmuwan di seluruh dunia masih meyakini bahwa sampai 10.000 tahun lalu dunia masih ada dalam jaman batu, belum ada peradaban maju. Peradaban yang kita kenal sekarang baru mulai berkembang pesat sejak sekitar 8.000 tahun lalu.
Sejarah dan fakta geologi sudah banyak memberikan pelajaran tentang bagaimana kejadian bencana alam di masa kuno dapat memusnahkan peradaban manusia. Boleh jadi, para leluhur nusantara juga meninggalkan berbagai catatan-catatan yang belum tersentuh tentang pengalaman berhara, nasihat-nasihat atau bahkan teknik-teknik jitu dalam menghadapi berbagai bencana alam yang pernah terjadi di zaman mereka.
Adalah tugas kita untuk menggali-nya. Konsep siklus alam mengajarkan bahwa segala apa yang pernah terjadi di masa lampau pasti akan terjadi lagi di masa datang.
Pertanyaannya, sudah cukupkah kita belajar dan sudah siapkah kita? (Bersambung)
Tulisan ini adalah bagian ketiga dari makalah Sunday Briefing yang disampaikan Tim Katastropik Purba di Jakarta (Minggu, 15/5). Tim Katastropik Purba dibentuk Kantor Staf Khusus Presiden bidang Bencana Alam dan Bantuan Sosial yang dipimpin Andi Arief. Naskah ini dimuat atas izin dari Tim Katastropik Purba.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.