"Gerakan perubahan oleh mahasiswa memang berbeda dengan gerakan kepentingan politik praktis. Tapi kami juga tidak mau dicap seperti gerakan 98 yang memberikan kekuasaan ke sekelompok elit," ujar Ketua Presidium Pusat PMKRI, Stefanus Asat Gusma, di sela-sela demonstrasi di Denpasar, Bali, saat dihubungi
Rakyat Merdeka Online (Senin, 18/4).
Kepemimpinan SBY-Boediono, menurut Gusma, selain menunjukkan kegagalan total menjalankan agenda karakyatan juga semakin melebarkan pintu bagi masuknya neo-kolonialisme.
"Regenerasi pemimpin adalah konsekuneni logis dari kegagalan total dan dianggap bohong oleh rakyatnya. Kalau sudah dicap pembohong, kita mau harapkan apa lagi dari pemerintah? Bangsa ini membutuhkan pemimpin yang betul-baetul lahir dari gerakan rakyat," jelas Gusma.
Proses perubahan, lanjutnya, harus melalui gerakan ekstra-parlementer. "Tapi ekstra-parlemen yang kita bangun tidak hanya soal menurunkan pemimpin tapi ada substansi yang tercantum dalam tujuh cita-cita perubahan. Substansi perlawanan kami kepada paradigma neo-kolonialisme yang dianut pemerintahan SBY dan Boediono," paparnya.
Tujuh cita-cita perubahan yang dimaksudnya yaitu: Indonesia bebas dari penjajahan gaya baru; Supremasi hukum tanpa diskriminasi; Tangkap, adili dan sita harta koruptor dimulai dari Istana Negara; Persatuan Indonesia berlandaskan keadilan sosial dan pemerataan; Distrubusi tanah untuk rakyat; Dorong pemimpin mandiri, berani, demokratis dan bermental kerakyatan, serta Demokrasi tanpa oligarki.
Dia optimis agenda percepatan regenerasi kepemimpinan akan terjadi apabila seluruh gerakan rakyat bersatu. "Karena benar kata Buya Syafii Maarif, pemerintah ini sudah dikritik tapi masih menganggap dirinya berada di jalan yang benar. Apalagi yang kita harapkan dari pemerintah macam ini," pungkas Gusma.
Sementara hari ini di Jakarta, sebuah agenda konsolidasi mahasiswa dan pemuda tengah berlangsung di Gedung Joang, Menteng. Konsolidasi itu bertajuk "Perubahan Sudah Tidak Bisa Ditunda" sekaligus deklarasi "7 Cita-cita Perubahan". Beberapa organisasi pemuda dan mahasiswa yang terlibat dalam konsolidasi tersebut antara lain PII, PMKRI, HMI, GMNI, PMII, LMND, GMKI, KMHDI, Hikmahbudhi, SMI, Kamtri dan IMM
[ald]