POLEMIK TAUFIK ISMAIL

Ini Penjelasan tentang ‘Racun’ di dalam ‘Puisi Mutakhir’ Taufik Ismail

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/teguh-santosa-1'>TEGUH SANTOSA</a>
LAPORAN: TEGUH SANTOSA
  • Minggu, 03 April 2011, 07:27 WIB
Ini Penjelasan tentang ‘Racun’ di dalam ‘Puisi Mutakhir’ Taufik Ismail
taufik ismail/ist
RMOL. Ada racun dalam lirik puisi mutakhir Taufik Ismail. Begitu Martin Aleida, anggota Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta periode 2009-2012, memulai catatan yang dikirimkan untuk Rakyat Merdeka Online, Jumat lalu (1/4).

Ini adalah catatan kedua yang dikirimkan Martin yang bernada sama. Catatan pertama dikirimkan beberapa hari sebelum Maret berganti April, sebelum polemik tentang puisi Kerendahan Hati yang tadinya disebutkan sebagai karya Taufik Ismail hasil jiplakan puisi penyair Amerika Serikat Douglas Malloch (1877-1935) mencuat ke permukaan. Catatan Martin ini pula, menurut sementara kalangan, yang akhirnya memicu polemik mengenai kecurigaan terhada karya Taufik Ismail.

Martin mengirim kembali catatannya ke Rakyat Merdeka Online untuk mempertegas persoalan mengenai upaya Taufik Ismail memberangus diskusi publik yang digelar di PDS HB Jassin hari Jumat pekan lalu (25/3).

“Ada racun dalam lirik puisi mutakhir Taufik Ismail,” Martin membuka catatannya.

Puisi mutakhir karya Taufik Ismail yang dimaksud Martin Aleida adalah pesan pendek yang dikirimkan Taufik kepada sejumlah pentolan Pusat Dokumentasi Sastra HBJ Jassin pada pekan ketika Maret 2011.

Sementara racun yang dimaksudnya adalah keseluruhan isi dari pesan pendek itu yang mengobarkan semangat kebencian dan permusuhan terhadap sekelompok sastrawan yang menurut Taufik tidak pantas menggelar diskusi di PDS HB Jassin.

“HU, AR, Rini, Endo. Saya baca di internet undangan diskusi sastra di PDS HBJ (Jumat, 25/3, 15:30). Judul atasnya memperingati 100 hari Asep Semboja. Tapi judul berikutnya yang lebih penting: “Tentang pengarang-pengarang Lekra.” Moderator Martin Aleida dengan dua pembicara. Saya terkejut. Ini keterlaluan. Kenapa PDS memberi kesempatan juga kepada ex Lekra memakai ruangannya untuk propaganda ideologi bangkrut ini, yang dulu bertahun-tahun (1959-1965) memburukkan, mengejek, memaki HBJ, memecatnya sampai kehilangan sumber nafkah? Bagaimana perasaan beliau bila melihat PDS warisannya secara bulus licik dimasuki dan diperalat pewaris ideologi ular berbisa ini? Petugas PDS yang tentunya tahu rujukan sejarah ini seharusnya sensitif untuk menyuruh ex Lekra itu menyewa tempat lain saja, bukan di PDS. Hendaknya jangan ex Lekra berhasil lagi buang air besar di lantai PDS. Ajari mereka agar berak di tempat lain yang pantas.”

Begitu bunyi pesan pendek Taufik Ismail yang relatif panjang itu.

Pesan yang menurut Martin beracun itu menghambur sejak Jumat dinihari pekan lalu (25/3). Tiak hanya diterima HU (Husseyn Umar) yang adalah Ketua Dewan Pengurus Yayasan Dokumentasi Sastra HB Jassin, dan AR (Ajip Rosidi) yang adalah Ketua Dewan Pembina Yayasan Dokumentasi Sastra HB Jassin, serta Rini dan Endo masing-masing adalah staf PDS HB Jassin.

“Racun itu menyebar cepat, sangat cepat, dan banyak,” kata Martin.

“Wallahualam, saya tak tahu berapa orang lagi yang menerima pesan itu. Saya kira, pastilah banyak! Karena, menjelang tengah malam pada hari Jumat, saya masih menerima SMS serupa yang diteruskan oleh Titiek, putri Pramoedya Ananta Toer,” sambungnya.

Kegemparan tidak hanya sampai di situ.

Tulis Martin lagi:

“Bagai serangan selepas Subuh, pukul 05.45 (Jumat, 25/3), pagar rumah saya bergetar. ‘Pak Ajip…’ bisik istri saya begitu membalik setelah mengintai siapa gerangan yang bertamu sepagi itu.”

Kunjungan Ajip sudah barang tentu berkaitan dengan isi pesan pendek Taufik dan rencana diskusi yang akan digelar pada siang hari.

Jalannya pertemuan antara Ajip Rosadi dan Martin Aleida itu akan disampaikan dalam kesempatan berikutnya. [guh]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA