Pengamat ekonomi dari Universitas Gajah Mada, Revrisond Baswir, mengatakan, ada indikator paling mudah untuk melihat apakah pertumbuhan ekonomi makro terintegrasi atau tidak dengan pertumbuhan ekonomi rakyat sehari-hari.
"Pertama adalah teliti antara yang disebut Produk Domesti Bruto dengan Produk Nasional Bruto. Dalam beberapa tahun terakhir kesenjangan diantaranya semakin besar dari situ saja kelihatan peningkatan ekonomi justru dinikmati di atas saja," ujar Revrisond kepada
Rakyat Merdeka Online, sesaat lalu (Sabtu, 2/4).
Cara kedua paling mudah adalah dengan melihat indeks gini untuk mengukur tingkat kesenjangan kemakmuran. Revrisond mengatakan dari indeks gini terlihat jelas bahwa kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin semakin besar.
"Artinya pertumbuhan itu terkonsentrasi di atas, bahkan dinikmati asing," ujarnya.
Tidak usah diragukan, tambahnya, bahwa dua kali pemerintahan SBY menerapkan ajaran ekonomi neoliberal di Indonesia. Indikator yang paling nyata bukanlah pidato SBY tetapi pelaksanaan agenda liberalisasi itu di Indonesia termasuk privatisasi BUMN, liberalisasi dunia pendidikan, menyerahkan harga pangan ke sistem pasar dan banyak lainnya.
[ald]
BERITA TERKAIT: