"Kalau saya lihat, teror-teror yang tidak terbukti itu memancing di air keruh. Bisa jadi kelompok berbeda dari kelompok pertama (teror pada Selasa, 15/3) dan mengikuti trend isu bom saja," ujar Wakil Ketua Komisi I DPR, Tubagus Hasanuddin, kepada
Rakyat Merdeka Online, Jumat (18/3).
Purnawirawan Mayjen TNI yang sudah berlimpah pengalaman intelijen ini menyebut kelompok itu sebagai kelompok "elit radikal". Kelompok ini memiliki motif politik, tidak menyukai pemerintahan, dan sudah tentu berada di luar partai politik. Mereka saat ini ingin meningkatkan keresahan masyarakat sehingga tidak percaya lagi pada rasa aman yang dijamin negara.
"Kelompok elit radikal ini memanfaatkan situasi agar efek resahnya tinggi. Mereka tidak suka eksistensi pemerintahan, bisa katakan mereka yang inginkan Presiden jatuh tapi tidak berani masuk dalam sistem," ujar politisi PDI Perjuangan ini.
Sejak Selasa (15/3), bingkisan yang terbukti "bom parsel" didapati di Utan Kayu, kediaman tokoh Pemuda Pancasila Japto Soerjosoemarno, kantor Badan Narkotika Nasional, kediaman musisi Ahmad Dhani, dan terakhir di kawasan Cibubur.
Ancaman bom yang tidak terbukti terjadi di Bandar Udara Soekarno-Hatta, Tengerang, Banten. Sebelumnya, tadi pagi paket atau bingkisan diduga bom juga terdapat di kawasan Pondok Indah Jakarta Selatan dan Condet Jakarta Timur.
[ald]