Sebelum bentrok terjadi warga sudah mendengarkan informasi itu.
"Malam Minggunya sudah diumumkan oleh Pak Kades agar semua warung ditutup dan warga diimbau untuk ngungsi. Sebab Minggu paginya mau ada demo Ahmadiyah," tutur Asep.
Jadi, sepertinya Kades Umbulan M. Johar juga sudah tahu akan terjadi bentrok ini. Minggu pagi, sekitar seratus polisi pun sudah berjaga-jaga. Namun, karena jumlah massa mencapai ribuan orang, polisi tidak menghalau. Ada kabar, massa ini memang terorganisir. Mereka datang dari Pandeglang, Serang, dan Labuan untuk menyerang rumah Suparman yang menjadi markas Ahmadiyah di kampung itu.
Kini, sepekan sudah bentrokan itu berlalu. Kondisi di sekitar rumah Suparman sudah tidak mencekam lagi. Semua barang bukti, termasuk dua mobil yang dibakar massa sudah diangkut ke Mapolsek Pandeglang sejak malam kemarin. Bahkan, police line yang mengitari rumah Suparman sudah putus dan dibiarkan begitu saja. Warga pun sudah bebas berlalu lalang tanpa merasa takut.
"Sebenarnya kondisi status qou sudah dicabut sejak tadi malam (Sabtu, 12/2). Jadi, situasi sekarang sudah kondusif," kata seorang anggota Samapta Polres Pandeglang. Namun pengawasan tetap dilakukan. Polisi yang disiagakan di lokasi mencapai 50 orang. Umumnya mereka hanya duduk-duduk saja dan ngobrol dengan sesama temannya.
Keluarga Suparman dikabarkan saat ini sedang diamankan di sebuah masjid yang ada di sekitar Mapolres Pandeglang. "Sejak hari pertama, mereka sudah dibawa ke Polres Pandeglang untuk diamankan," kata Brigadir Usep Sugandi, Kanit Intel Polsek Cikeusik.
Sementara kabar keberadaan Suparman sendiri masih simpang siaur. Ada yang mengatakan ditahan di Jakarta. Ada juga yang mengatakan dia di Mapolda Banten. Namun yang jelas, warga tidak ingin Suparman kembali.
"Kita ingin dia jangan kembali lagi ke sini. Kita takut dia jadi biang kerusuhan lagi," kata Asep. [guh]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: