"Pak Din Syamsuddin itu memang marah kenapa pidato Presiden bisa diliput (pers), sedangkan kami (pemimpin lembaga agama) tidak," aku Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja Indonesia, Andreas Yewangoe, dalam wawancara langsung di
Metro TV, Selasa petang (18/1).
Sehingga, dinamika percakapan antara pemerintah dan para pemimpin lembaga agama itu tidak sungguh-sungguh dapat diikuti masyarakat.
"Terus terang, kami sampaikan apa yang menjadi keprihatinan masyarakat. Karena lembaga-lembaga yang semestinya menyampaikan itu, seperti DPR sibuk dengan dirinya sendiri, sementara kami bukan politisi kami tak punya agenda tersembunyi," tegasnya.
Dia sendiri mengaku kecewa, karena dialog di Istana Negara tidak diikuti secara persis oleh masyarakat. Namun ia lega, karena dialog tadi malam adalah permulaan diskusi terus menerus di masyarakat.
Selain itu, dialog itu sebut Andreas, seakan-rapat berbentuk rapat kabinet yang diperluas.
"Sebenarnya kami ingin percakapan terbatas, sehingga sungguh intensif dengan Presiden," tegasnya.
[ald]