Hal itu dikatakan pengamat politik dari Universitas Indonesia, Iberamsyah, saat dihubungi
Rakyat Merdeka Online, sesaat lalu (Sabtu, 11/9).
Iberamsyah mengaku sangat prihatin dengan jatuhnya korban jiwa dalam
open house yang dilakukan Presiden Yudhoyono di Istana Kepresidenan, Jakarta, kemarin.
"Mungkin tujuannya baik, Presiden ingin kesempatan bertemu dengan masyarakatnya. Tapi tidak harus begitu caranya, harus diatur lebih baik manajemennnya. Kemarin itu panitia
open house terlihat sangat tidak siap. Ratusan orang berdesakan di depan gerbang, itu terlihat tidak manusiawi," katanya.
Menurut Gurubesar ilmu politik ini, model komunikasi politik seperti
open house menjadi salah kalau rakyat dikesankan seperti para pengemis yang meminta-minta pada elitnya. Iberamsyah menyesali kalau di setiap
open house, seperti di Istana Negara kemarin, elit politik bertindak seperti Sinterklas yang membagi-bagikan uang.
"Open house itu kan untuk bersilaturahmi. Jangan ada pemberian seperti Sinterklas. Untuk memberi itu ada waktunya, ada cara lain seperti BLT dan program lain. Jadi jangan dikaitkan dengan
minal aidin walfaizin.
Open house elit-elit politik itu seperti sinterklas, sudah menyimpang dari tujuan orang bersilaturahim," tegasnya.
Seperti diberitakan kemarin, beberapa warga yang berhasil bersalaman dengan Presiden dan Ibu Negara, mengaku mendapatkan imbalan uang transpor sebesar Rp 100 ribu.
[ald]
BERITA TERKAIT: