Dalam video, UDL berada di atas tempat tidur kamar perawatan RS. Wajahnya agak pucat. Namun, tidak ada penjelasan mengenai sakit apa yang dia derita, sehingga menimbulkan pelbagai tafsir.
Sebelum UDL tampil sendiri di video, masyarakat sudah direcoki beragam info dan spekulasi mengenai kondisi kesehatan UDL. Yang santer, paling banyak beredar, UDL mengidap penyakit serius: kanker usus.
Hahh?!!
"Sakit Asma. Kecapean keliling," bantah Husein Abdullah, Senin (20/3) lalu.
Uceng, panggilan akrab Juru Bicara mantan Wapres Jusuf Kalla itu, merupakan sahabat dekat UDL. Uceng mengakui mungkin karena perawatan UDL di Singapura yang membuat kesan UDL sakit serius. Padahal, masalahnya sederhana. "Takut kalau dirawat di sini (maksudnya di Tanah Air) tidak bisa istirahat. Keluarga silih berganti datang," ujarnya.
Tidak percaya Uceng? Baik kita dengar penuturan Dubes RI di Singapura, Suryopratomo. Tommy, panggilan akrab Dubes RI itu baru dua hari lalu besuk UDL. Tadi siang pun Tommy yang mendapat informasi medis dari tim RS, masih dapat
update info dari staf KBRI yang mengunjungi UDL Jumat (24/3) siang.
"Tidak ada kanker. Hasil pemeriksaan kanker negatif. Sejak awal hanya sering lupa dan kadang terlambat respons karena kekurangan cairan tubuh," ujar Tommy, Jumat (24/3) siang. Tommy menjelaskan UDL dirawat di RS Mount Elizabeth Singapura, sejak Senin lalu.
Sebelum ke Singapura, UDL sempat dua minggu dirawat di RSCM, Jakarta. Setelah itu pindah ke Makassar, lalu terakhir di RS Singapura.
"Hasil pemeriksaan terakhir baru akan keluar besok. Tapi kondisinya sudah jauh membaik dibandingkan ketika baru datang. Karena sekarang sudah mau makan dan kekurangan cairan elektrolit juga sudah diperbaiki," tambah Tommy.
Untuk menguatkan pernyataannya, wartawan senior mantan pemimpin redaksi harian
Kompas itu mengirim tiga pose UDL dalam kurun tiga hari di RS; Senin-Rabu-Jumat.
Bukan Sekali Ini SakitUceng bukan sekali ini mengonfirmasi kabar sakit UDL. Dua bulan lalu, sekitar akhir Januari, beredar luas juga berita UDL sakit keras dan dirawat di RS di Singapura. Entah mengapa, penyakitnya sudah (selalu) disebut penyakit yang mematikan itu: kanker!
Saya masih simpan
chat yang beredar dua bulan lalu: "
Kk kk smua.. kita doain yaa .. buat ustad Das'ad.. kena canser usus baru ktawuan sebulan ini.. kasian shock berattt.. kt nya ud g mau ceramah dulu.. smoga pak ustad di berikan keikhlasan dan kesabaran. ALLAH SWT sehatkan kembali seperti semula... aamiin yra" (tercatat di WhatsApp, 22 Januari lalu).
Uceng membantah. UDL sendiri yang saya kontak hari itu, juga langsung membantah.
"
Alhamdulillah kemarin baru tiba dari Madinah. Saat ini di Jakarta.
Insyaallah sebentar malam ada ceramah di rumah Haji Fahmi. Ada perintah, Daeng?" tanyanya.
Dan, faktanya, UDL memang sehat
walafiat seperti saya dapat ikuti kegiatanya di media sosial.
Alhamdulillah.
Itu sebabnya, saya pun seolah menjadi kebal ketika kembali menerima info UDL sakit. Tapi, sekali ini benar adanya. Hanya yang aneh itu saja: kanker lagi sakitnya. Informasi itu jelas mendahului Tuhan. Juga mendahului dokter.
Saya mengenal UDL lima tahun lalu. Dikenalkan Daeng Uceng, dan dia pula berbaik hati mengantar UDL ke kantor, waktu itu.
UDL salah satu ustaz yang sejak lima tahun terakhir mencuri perhatian masyarakat luas. Video tausiahnya bertebaran di YouTube. Beredar dari satu WA grup ke WA grup yang lain. Anak-anak saya –bolehlah disebut mewakili generasi milenial– suka mengirimi saya videonya karena tahu saya ngefans sama ustaz kelahiran Pinrang, Sulawesi Selatan itu.
Anak-anak saya pun suka. lni jelas modal besar bagi UDL. Anak-anak generasi milenial tertarik tausiahnya. Jumlah generasi itu sekitar 60% dari populasi penduduk Indonesia yang berjumlah 273 juta jiwa. Klop dengan angka orang yang terhubung internet di Indonesia sekarang. Ciri umumnya: seperti cuma sedikit punya waktu.
Mereka tidak sempat menonton televisi dan baca koran. Perhatikan saja. Kalau makan sambil megang
gadget. Bahkan sambil jalan pun matanya tertumbuk di layar handphone.
Semangat Pembaruan Saya menemukan semangat pembaruan dalam tausiyah UDL. Pertama, isinya semacam sketsa sosial. Menyuguhkan problem yang dekat sekali dengan persoalan masyarakat sehari-hari. Pemecahannya selalu dikembalikan kepada ajaran Al Quran dan Hadist Nabi.
Kedua, dikemas dalam bahasa ringan. Ketiga, durasinya pendek satu dua menit. Paling lama tiga menit. Keempat, selain mengutip surat-surat pendek dan Hadist Nabi, tak lupa dia selipkan ungkapan-ungkapan khas bahasa Bugis Makassar. Yang pukul rata lucu. Bikin terpingkal-pingkal.
Tausiahnya ilmiah tapi tidak terlalu ngotot unsur itu ditonjolkan. Sehingga tidak terasa menggurui. Ini juga salah satu kunci sukses ustaz yang menyandang dua gelar doktor sekaligus dalam berkomunikasi. Satu gelar doktor komunikasi dari Universitas Kebangsaan Malaysia. Satu gelar doktor syariah dari Universitas Islam Makassar.
Sejak bertemu empat tahun lalu, UDL sudah beberapa kali mengunjungi kami. Saya ingat di awal pandemi Covid-19, UDL ke kantor, diwawancara Rahma Sarita untuk Channel YouTube
Realita TV. Topiknya soal pandemi, UDL tampil bersama artis Camelia Malik.
Tahun 2021 UDL mengisi acara Kajian Subuh di Tenda Arafah Masjid At Tabayyun. Meski kontak fisik jarang, namun komunikasi di media sosial, jalan terus. Dan, di media sosial itulah yang sebulan ini sepi karena UDL sakit.
Kangen juga mendengar candaannya dalam dialeg Makassar yang kental yang bikin kita terpingkal-pingkal. "Eh, dasar beleng-beleng kayu, bela....", salah satu ungkapannya yang khas. Sekali lagi, semoga UDL cepat sembuh.
Penulis adalah Wartawan Senior
BERITA TERKAIT: