TGB Dukung Jokowi Dua Periode, Apanya Yang Aneh?

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/idham-anhari-1'>IDHAM ANHARI</a>
LAPORAN: IDHAM ANHARI
  • Jumat, 06 Juli 2018, 20:43 WIB
rmol news logo . Pernyataan Gubernur Nusa Tenggara Barat Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) mendukung Joko Widodo dua periode tidak aneh dan tidak perlu dibesar-besarkan.

"Sikap TGB yang mendukung Jokowi bukanlah sikap yang tiba-tiba. Sebab kalau dilacak posisi TGB sebelumnya, tidak ditemukan sikapnya yang berbeda apalagi beroposisi dengan Jokowi," kata analis politik dari Lingkar Madani (Lima) Ray Rangkuti kepada Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (6/7).

Ray mengatakan posisi TGB yang dikesankan berada di kubu oposisi hanyalah klaim sepihak. Kesan demikian mudah dimunculkan lantaran sosok TGB yang dinilai agamis, hingga puncaknya Gubernur NTB dua periode itu dimasukan dalam daftar tokoh yang direkomendasikan oleh Persaudaraan Alumni 212 menjadi salah satu capres melawan Jokowi.

"TGB juga tak menyatakan sikap senang atau menerima atas penetapan itu. Karena itulah pada dasarnya tak ada perubahan yang tiba-tiba pada diri TGB," tukas Ray.

Selain sebagai Gubernur NTB, TGB saat ini aktif sebagai anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat. TGB menyatakan dukungan kepada Jokowi untuk melanjutkan kepemimpinannya pada periode periode kedua sebagai presiden.

TGB menjelaskan keputusannya mendukung Jokowi setelah melalui pertimbangan yang berkaitan dengan kemaslahatan bangsa, umat, dan akal sehat.

TGB menyebut selama Jokowi memimpin, pencapaian kawasan ekonomi khusus Mandalika di NTB sudah berhasil. Dan apabila terjadi pergantian di level kepemimpinan nasional, maka akan terjadi kemandekan baik dari segi ekonomi maupun sosial di wilayah Mandalika dan juga NTB.

Peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Syamsuddin Haris berpendapat dukungan TGB kepada Jokowi merupakan manuver politik untuk kepentingan pribadi. Syamsuddin memberikan catatan bahwa langkah TGB tersebut belum tentu diikuti Partai Demokrat.

"Pak TGB saya pikir dia melihat peluang bagi dia pribadi ke depan. Kan sudah tidak bisa menjadi kepala daerah lagi. Dia kan harus mencari peluang politik. Nah peluang politik itu dalam kacamata dia ada bila mendukung Jokowi ketimbang mendukung kekuatan oposisi," ujar Syamsuddin di Jakarta, Jumat (6/7).[dem]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA