Menurut analis politik, Boni Hargens, dalam rilis yang dikirimkan dari Berlin, Jerman dan diterima redaksi pada Senin (21/10), Denny JA perlu menjelaskan kepada publik soal posisi politik LSI sebagai lembaga yang dibayar untuk Golkar dan Aburizal Bakrie. Hal itu penting agar masyarakat politik mengerti maksud dan motivasi dari survei tersebut.
Dia melihat ada keanehan yang juga harus dijelaskan oleh LSI terkait hasil survei terakhirnya. Bagaimana mungkin Partai Nasdem hanya memperoleh 2 persen suara sementara keanggotaan Nasdem yang terdaftaar dan mendapatkan kartu anggota sudah berjumlah 13 juta orang. Angka itu saja sudah lebih dari 7 persen.
Keanehan lain dari survei LSI, dan yang menguatkan kecurigaan, nama kader PDIP, Joko Widodo, tidak disebutkan dalam daftar capres. Padahal, Jokowi sudah menjadi figur terpopuler dalam hampir semua survei sebelumnya.
"Ke mana arah tembakan survei LSI kali ini? Ini pertanyaan yang meruntuhkan semua niat baik dari survei ini," tegas Boni.
Sekadar tambahan, Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) yang diasuh Boni sedang mempersiapkan survei kualitatif tentang peluang partai-partai 2014. Kajiannya akan selesai awal November.
"Lihatlah di mana letak perbedaan LPI dan LSI dalam melihat objek yang sama. Survei LPI khusus untuk pencerdasan pemilih, bukan untuk kepentingan partai tertentu," tandasnya.
[ald]
BERITA TERKAIT: