Wajar Survei LSI Tidak Gambarkan Realitas Objektif

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/aldi-gultom-1'>ALDI GULTOM</a>
LAPORAN: ALDI GULTOM
  • Senin, 21 Oktober 2013, 09:59 WIB
Wajar Survei LSI Tidak Gambarkan Realitas Objektif
boni hargens/net
rmol news logo Hasil survei terakhir dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI Denny JA) tidak mengandung masalah yang serius. Karena jelas, Denny JA bekerja untuk Golkar, sebagai konsultan dari parpol itu. Maka wajar bila survei LSI mengunggulkan Golkar dan tendensius menghajar partai yang dianggap saingan Golkar, terutama Partai Nasdem.

Demikian disampaikan analis politik, Boni Hargens, lewat rilis yang dikirimkan dari Berlin, Jerman. Dia mengatakan, Partai Nasdem berhasil menjadi primadona di antara partai-partai baru yang muncul setelah 2009. Sebagai bekas faksi internal Golkar, Nasdem menjadi ancaman serius bagi Golkar. Bahkan Surya Paloh menjadi lawan berat bagi Ketum Golkar, Aburizal Bakrie.

"Dengan memahami konteks ini, jelas bahwa survei LSI tidak menggambarkan realitas yang objektif," tegas Boni.

Bahkan, dia menilai, survei ini menggambarkan kepanikan Golkar. Apalagi sebagian kader partai beringin ini sedang berhadapan dengan kasus korupsi di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Citra Golkar tentu kian merosot akibat banyak kasus korupsi yang melibatkan kadernya.

"Apalagi, ARB sudah dipastikan menjadi calon presiden," ujar Boni.

Merujuk pada survei yang dilakukan LSI pada Oktober 2013, jika pemilu legislatif dilaksanakan pada hari survei dilakukan maka tiga partai teratas dalam perolehan suara adalah Golkar (20,4 persen), PDIP (18,7 persen), dan Partai Demokrat (9,8 persen). Di bawah ketiga partai tersebut adalah Gerindra (6,6 persen), PAN (5,2 persen), PPP (4,6 persen), PKB (4,6 persen), PKS (4,4 persen), Hanura (3,4 persen), Nasdem (2,0 persen), PBB (0,6 persen), dan PKPI (0,3 persen). [ald]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA