Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

1 Sandera Renang Di Laut Filipina

Kabur Dari Cengkraman Abu Sayyaf

Kamis, 18 Agustus 2016, 08:11 WIB
1 Sandera Renang Di Laut Filipina
Foto/Net
rmol news logo 15 Agustus lalu menjadi batas akhir tebusan untuk para sandera teroris Abu Sayyaf. Tapi, karena belum ada tanda-tanda tebusan bakal dibayar, WNI yang disandera pun cemas. Mereka terancam dipenggal. Satu orang sandera berhasil kabur dari cengkraman kelompok itu. Lari di malam hari dan berenang di Laut Filipina.

Pria pemberani itu bernama Muhammad Sofyan, kru Kapal TB Charles yang dibajak kelompok Abu Sayyaf sejak 23 Juni lalu. Sofyan disandera bersama enam WNI lainnya. Belakangan, mereka dibagi menjadi dua kelompok.

Kelompok pertama, Sofyan bersama Muhammad Nasir (masinis III), Ismail (mualim I) dan Robin Piter (juru mudi) disandera kelompok Al Habsy Misaya, salah satu faksi Abu Sayyaf. Tiga sandera lainnya, Ferry Arifin (nahkoda), Muhammad Mahbrur Dahri (KKM), Edi Suryono (Masinis II) berada di kelompok lain dan belum diketahui rimbanya.

Teroris Al Habsy Misaya memang sejak awal Agustus sudah menyiratkan dalam kondisi sulit. Sofyan, berkali-kali dipersilakan para teroris untuk mengontak keluarga dan menebus para sandera sebesar Rp 60 miliar. Nasib mereka ditentukan hingga 15 Agustus lalu.

Kepada Risna, sepupunya, Sofyan diminta menjelaskan kondisi kelaparan para sandera hingga sakitnya sandera Nasir dan Robin. Nasir, menderita luka infeksi di kaki lantaran terus bergerak dari satu titik ke titik lain di hutan Filipina demi menghindari serangan militer. Sementara Robin, kondisinya sudah sangat lemah dan sulit berbicara.

Tepat 54 hari disandera atau meleset satu hari dari deadline tebusan, Sofyan yang dalam kondisi sehat jasmani namun kelaparan, memutuskan melakukan aksi nekad berupa pelarian dari pulau persembunyian. Di malam 16 Agustus, Sofyan memberanikan diri kabur. Dia memanfaatkan kondisi lengang penjagaan di malam hari. Pasalnya, malam hari dilakukan para kelompok teror untuk beristirahat usai melakukan pelarian di siang hari. Ribuan militer Filipina, hingga saat ini tengah memburu para teroris.

Sofyan yang berusia 28 tahun memutuskan lari secepatnya ke arah pantai dan berenang ke tengah lautan. Sofyan bersembunyi di gelapnya malam. Malam hari merupakan kondisi angin darat dengan hembusan angin dari daratan ke lautan. Bantuan angin ini mungkin menjadi pertimbangan Sofyan untuk kabur. Hanya menggunakan pakaian yang ada di badan, sekuat tenaga Sofyan berenang ke tengah lautan. Hingga akhirnya dia diselamatkan seorang nelayan warga Pulau Jolo, Filipina Selatan.

Juru bicara militer Filipina, Mayor Filemon Tan memastikan, pria itu adalah Sofyan. "Kami diberitahu bahwa dia berhasil kabur dengan berlari dan berenang ke laut," ujar Tan kepada para wartawan seperti dilansir kantor berita Reuters, kemarin.

Menurut Tan, Sofyan mengatakan, para militan Abu Sayyaf berencana mengeksekusi dirinya. Ancaman kematian dan keinginan untuk hidup itulah yang membuatnya nekat berenang mengarungi lautan. "Kami tak punya informasi mengenai para sandera lainnya, namun pasukan di wilayah tersebut diperintahkan untuk menggunakan semua cara guna menemukan dan menyelamatkan para sandera," imbuh Tan.

Terkait bebasnya Sofyan, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi langsung mengontak pihak Filipina pukul 13.00 WIB, kemarin. Dipastikan, kalau Sofyan dalam kondisi selamat dan dalam pengawasan Kepolisian Sulu, Filipina.

"Sejak pagi ini (kemarin) kami sudah mendapatkan informasi. Kami langsung berkoordinasi dengan Pemerintah Filipina," ujar Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia & Bantuan Hukum Indonesia (PWNI & BHI) Kemenlu Lalu Muhammad Iqbal, kepada wartawan, kemarin.

Terpisah, pengamat terorisme dari Universitas Indonesia, Al Chaidar mengatakan, peristiwa kaburnya WNI ini dapat diartikan kondisi kelompok Abu Sayyaf kian melemah setelah berhari-hari digempur militer Filipina. Dia menyarankan pemerintah bergerak cepat dengan melakukan pendekatan militer. Tidak lagi melakukan diplomasi apalagi negosiasi dengan kelompok teroris. Caranya hanya dua, membantu militer Filipina atau menurunkan pasukan sendiri menjemput sandera. "Mereka sudah terdesak, kita harus gerak cepat. Militer kita sangat kuat, apalagi bersama Filipina menggempur Abu Sayyaf. Jumlah mereka tinggal sedikit, paling banyak 200-an," ujar Chaidar. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA