Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mengatakan, sejauh ini pemerintah sudah bekerja keras untuk membebaskan WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf.
Namun, sulitnya situasi di lapangan ditambah ada dinamika membuat upaya pembebasan sekarang lebih sulit dibanding pembebasan sebelumnya.
"Kondisi sekarang lebih sulit akibat banyaknya perubahan di lapangan. Terutama dinamika situasi di Filipina Selatan, temÂpat para WNI ditawan," kata Retno seusai acara
Fun Walk bersama keluarga besar Kemlu RI di Senayan, kemarin.
Namun demikian, Retno menegaskan, pemerintah akan tetap bekerja dengan base yang dimiliki saat ini. Termasuk terus berkomuÂnikasi dengan otoritas Filipina daÂlam pembebasan sandera, seperti dengan Menteri Luar Negeri Filipina Perfecto Rivas Yasay Jr.
"Kami ingin masyarakat meÂmahami banyaknya perubaÂhan kondisi sekarang. Apalagi kelompok Abu Sayyaf memberi perlawanan untuk mempertahankan kelompok mereka dan para sandera," katanya.
Retno juga mengaku sudah meminta ke Menlu Filipina untuk menjamin keselamatan para WNI yang disandera kelompok semÂpalan Abu Sayyaf sejak Juni lalu. "Sudah saya sampaikan. Menlu Filipina pun siap menjamin keselamatan WNI," katanya.
Oleh karena itu, Retno tak menampik bahwa upaya penyeÂlamatan butuh waktu lebih lama ketimbang kasus penyanderaan WNI yang terjadi pada Maret 2016, yang butuh hitungan buÂlan untuk negosiasi hingga para tawanan bisa bebas.
"Saya terus memantau dan mendapatkan informasi situasi di lapangan. Kami terus berupaya agar dapat segera membebaskan dengan prioritas tentunya keselaÂmatan," kata dia.
Sebelumnya, Kapal TB Charles yang berisi 13 WNI dibajak para perompak kelompok militan Abu Sayyaf di perairan Sulu, Filipina Selatan. Insiden itu terjadi pada Senin (20/6).
Tujuh ABK kemudian dijadiÂkan sandera. Enam lainnya dibeÂbaskan. Selain membajak kapal, penyandera meminta tebusan sebesar Rp 60 miliar.
Setelah penyanderaan tersebut, tiga WNI kembali disandera ketika melewati perairan kawasan Felda Sahabat, Tungku, Lahad Datu Sabah, Negara Bagian Malaysia.
Mereka adalah ABK pukat tunda LD/114/5S milik Chia Tong Lim berbendera Malaysia. Terbaru, yakni pada awal Agustus, kelompok Abu Sayyaf kembali menyandera seorang WNI lagi.
Dengan demikian, total WNI yang disandera berjumlah 11 orang. Pemerintah Indonesia telah melakukan sejumlah langkah, antara lain memperÂsiapkan pasukan TNI untuk ikut membebaskan 11 WNI yang disandera. ***
BERITA TERKAIT: