Kepala Sub Komite Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo mengungkapkan, di dalam kotak hitam berupa
Flight Data Recorder (FDR) menunjukkan upaya keras pilot menaikkan hiÂdung pesawat yang selalu turun. Dalam 11 menit, hiÂdung pesawat turun sampai 24 kali.
Ketika pilot menaikkan pesawat, secara otomatis sistem menurunkan hidung pesawat (
nose down). Data kotak hitam menunjukkan, pilot langsung menaikkan hidung pesawat (
nose up).
Namun yang terjadi keÂmudian, hidung pesawat kembali turun lagi, lalu dinaikkan lagi oleh pilot.
Kondisi ini terjadi berkali-kali, hingga pesawat jatuh di laut 13 menit setelah lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. "Pergerakan nose up dan nose down berÂlangsung lagi hingga akhir rekaman penerbangan," ujarnya dalam jumpa pers di Jakarta, kemarin.
Dalam kondisi itu, kata Nurcahyo, pilot melaporÂkan ke menara pengawas bahwa ketinggian pesawat tidak bisa dipertahankan. Pilot lalu meminta menara pengawas untuk mengaÂmankan wilayah udara di bawah dan atas pesawat.
"Pilot minta controller menutup ketinggian 3.000 di atas dan di bawah. Hal ini untuk menghindari adanya tabrakan di udara," ujarnya.
Menurutnya, kondisi ini terjadi akibat beberapa kerusakan yang terjadi di pesawat yang baru dibeli pada Agustus itu. KeruÂsakan ini telah ditemui di penerbangan sebelumnya, dari Denpasar ke Jakarta. "Dalam peristiwa ini ada multiple malfunction ," kata Nurcahyo lagi.
Laporan pemeriksaan koÂtak hitam ini sesuai dengan dugaan sebelumnya yang menyebut adanya kerusakan pada sistem kendali penerÂbangan Boeing 737 Max 8 itu. Kerusakan ini dan panduan cara pilot mengatasinya baru diberitahu oleh pihak Boeing setelah inÂsiden Lion Air terjadi dan menewaskan 189 kru dan penumpang.
Selain itu, kata Nurcahyo, tercatat pesawat memang telah mengalami enam kali kerusakan komponen dalam empat hari sebelum jatuh. "Dari catatan data perawaÂtan pesawat, sejak 26 OktoÂber 2018 ada enam masalah gangguan yang tercatat di pesawat ini," tuturnya.
Cahyo menjelaskan, enam komponen yang tercatat mengalami gangguan dan kerusakan. Salah satunya kerusakan komponen pada indikator ketinggian dan kecepatan pesawat. Untuk kerusakan dalam penerÂbangan Bali-Jakarta, pihak Lion Air memang sudah diperbaiki dan dinyatakan baik. Dengan tes ini, peÂsawat akhirnya dinyatakan layak terbang.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, Kepala KNKT Soerjanto Tjahjono beserta tim investigasi jatuhnya pesawat Lion Air JT-610 akan ke markas Boeing di Seattle, Amerika Serikat. Di sana, para investigator baik dari KNKT maupun Kementerian Perhubungan akan menunjukkan dan merekonstruksi fakta-fakta yang ada dalam FDR.
"Pertemuan itu akan dilangsungkan beberapa hari dan diikuti diskusi dengan Boeing dan
The National Transportation Safety Board (NTSB)," kata Menhub.
BKS, sapaan akrab Budi Karya Sumadi berharap, diskusi dan fakta yang diberikan bisa menjadi baÂhan untuk analisis dan dasar dalam membuat rekomenÂdasi. Adapun waktu yang dibutuhkan KNKT untuk melakukan investigasi final adalah enam bulan.
"Oleh karenanya, kami belum merekomendasikan sesuatu bagi Lion, Boeing dan semua stakeholder ," pungkas BKS. ***
BERITA TERKAIT: