Hidung Lion JT-610 Menukik 24 Kali

Hasil Investigasi Awal KNKT

Kamis, 29 November 2018, 08:45 WIB
Hidung Lion JT-610 Menukik 24 Kali
Ilustrasi/Net
rmol news logo Komite Nasional Kesela­matan Transportasi (KNKT) merilis laporan awal terkait jatuhnya pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT-610 jurusan Jakarta- Pangkal Pinang, kemarin. Sebelum jatuh, pesawat buatan Boeing itu menukik hingga 24 kali.

Kepala Sub Komite Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo mengungkapkan, di dalam kotak hitam berupa Flight Data Recorder (FDR) menunjukkan upaya keras pilot menaikkan hi­dung pesawat yang selalu turun. Dalam 11 menit, hi­dung pesawat turun sampai 24 kali.

Ketika pilot menaikkan pesawat, secara otomatis sistem menurunkan hidung pesawat (nose down). Data kotak hitam menunjukkan, pilot langsung menaikkan hidung pesawat (nose up).

Namun yang terjadi ke­mudian, hidung pesawat kembali turun lagi, lalu dinaikkan lagi oleh pilot.

Kondisi ini terjadi berkali-kali, hingga pesawat jatuh di laut 13 menit setelah lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. "Pergerakan nose up dan nose down ber­langsung lagi hingga akhir rekaman penerbangan," ujarnya dalam jumpa pers di Jakarta, kemarin.

Dalam kondisi itu, kata Nurcahyo, pilot melapor­kan ke menara pengawas bahwa ketinggian pesawat tidak bisa dipertahankan. Pilot lalu meminta menara pengawas untuk menga­mankan wilayah udara di bawah dan atas pesawat.

"Pilot minta controller menutup ketinggian 3.000 di atas dan di bawah. Hal ini untuk menghindari adanya tabrakan di udara," ujarnya.

Menurutnya, kondisi ini terjadi akibat beberapa kerusakan yang terjadi di pesawat yang baru dibeli pada Agustus itu. Keru­sakan ini telah ditemui di penerbangan sebelumnya, dari Denpasar ke Jakarta. "Dalam peristiwa ini ada multiple malfunction ," kata Nurcahyo lagi.

Laporan pemeriksaan ko­tak hitam ini sesuai dengan dugaan sebelumnya yang menyebut adanya kerusakan pada sistem kendali pener­bangan Boeing 737 Max 8 itu. Kerusakan ini dan panduan cara pilot mengatasinya baru diberitahu oleh pihak Boeing setelah in­siden Lion Air terjadi dan menewaskan 189 kru dan penumpang.

Selain itu, kata Nurcahyo, tercatat pesawat memang telah mengalami enam kali kerusakan komponen dalam empat hari sebelum jatuh. "Dari catatan data perawa­tan pesawat, sejak 26 Okto­ber 2018 ada enam masalah gangguan yang tercatat di pesawat ini," tuturnya.

Cahyo menjelaskan, enam komponen yang tercatat mengalami gangguan dan kerusakan. Salah satunya kerusakan komponen pada indikator ketinggian dan kecepatan pesawat. Untuk kerusakan dalam pener­bangan Bali-Jakarta, pihak Lion Air memang sudah diperbaiki dan dinyatakan baik. Dengan tes ini, pe­sawat akhirnya dinyatakan layak terbang.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, Kepala KNKT Soerjanto Tjahjono beserta tim investigasi jatuhnya pesawat Lion Air JT-610 akan ke markas Boeing di Seattle, Amerika Serikat. Di sana, para investigator baik dari KNKT maupun Kementerian Perhubungan akan menunjukkan dan merekonstruksi fakta-fakta yang ada dalam FDR.

"Pertemuan itu akan dilangsungkan beberapa hari dan diikuti diskusi dengan Boeing dan The National Transportation Safety Board (NTSB)," kata Menhub.

BKS, sapaan akrab Budi Karya Sumadi berharap, diskusi dan fakta yang diberikan bisa menjadi ba­han untuk analisis dan dasar dalam membuat rekomen­dasi. Adapun waktu yang dibutuhkan KNKT untuk melakukan investigasi final adalah enam bulan.

"Oleh karenanya, kami belum merekomendasikan sesuatu bagi Lion, Boeing dan semua stakeholder ," pungkas BKS. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA