Untuk diketahui, serangan kera ke bumi perkemahan terjadi dua hari berturut-turut. Yakni pada Kamis (10/08) dan Jumat (11/08). Penyerangan berlangsung ketika peserta tengah berada di dalam tenda di perkemahan yang dekat dengan hutan.
"Belum ada kegiatan, karena kegiatan baru dimulai besok. Baru persiapan perkemahan, kebetulan lokasi perkemahan dekat pepohonan paling belakang," jelas Awi.
Pertama, kera menyerang dan menggigit Dewa Ate (14), anggota pramuka kontingen Nusa Tenggara Timur (NTT). Kera mencakar paha Dewi. Selanjutnya, keesokan harinya, kera menggigit dua anggota pramuka, Natalia (13), kontingan Sulawesi Tenggara dan Hiska (14), kontingen dari Kalimantan Barat. Keduanya kena cakar di bagian tangan kanannya.
Ketiganya sudah mendapat tindakan medis berupa suntikan tetanus dan rabies serta dirawat di Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) Cibubur, Jaktim. Korban hanya dirawat beberapa jam di RSON dan setelah dinyatakan aman kemudian korban dapat kembali ke kemah.
Kombes Awi menyatakan, kera yang menyerang bumi perkemahan akhirnya diburu dengan melibatkan tim Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) DKI. "Salah satu kera kita tembak menggunakan bius sampai pingsan, kemudian diamankan di dalam kandang," jelas Awi.
Di jagad Twitter, akun @CaztaD berharap kejadian serupa tak terulang. Dia jadi teringat dulu pernah ikut serta Jamnas di Cibubur. "Jadi ingat SMP. Untuk jadi peserta Pramuka Jambore Nasional itu perjuangan banget. Banyak juga ilmu yang didapat sepulang dari sana. Semoga semua selamat," kicaunya.
Berbeda, pembaca di kolom komentar link berita terkait lebih heboh. Ada yang menyindir, ada pula yang menyarankan semestinya lokasi Jamnas ke depan harus pindah. "Pasti ada alasannya kenapa kera menyerang," tulis pembaca @andreza_refinaldi dibalas @kruidvat. Itu habitatnya kali.â€
Pembaca @widi72 membenarkannya. "Saya tinggal di daerah situ. Dulu tahun 2010-an pas saya buka gorden jendela itu kera sudah bergelayutan di tralis jendela. Wah serem banget deh."
Senada, pembaca berakun @pri440 menyatakan, yang salah sudah pasti manusianya. "Mungkin itu kera diganggu. Merasa terancam jadi digigit," ungkapnya diamini @kok_kokok. "Kera terganggu oleh jambore. Kera digusur dari tempat tinggalnya, pindah ke rusun," sindirnya.
Pembaca Mangulele Tontowea menyarankan, dinas terkait menangkap seluruh monyet dan direlokasi ke habitat yang banyak makanannya. "Jangankan binatang manusia saja kalau lapar pasti menyerang minimal mencuri. Kalau tidak ada makanannya, mending direlokasi di hutan yang banyak makanan liarnya."
Pembaca bernama Roni cukup cerdas mengomentarinya. Menurutnya, aksi para kera itu kritikan dan peringatan keras. "Kera mau gomong gini. Jambore jangan di kota melulu, karena pendiri kepanduan Baden
Powell itu dulu cape-cape ngegagas gerakan scout supaya anak-anak generasi penerus punya jiwa kepetualangan, kalo petualangan di kota melulu, lama-lama kepanduan cuma gerakan proyek buang-buang anggaran negara," tulisnya.
Pengelola Konservasi Sumber Daya Hutan, Polisi Kehutanan Dinas Kelautan Pertanian, dan Ketahanan Pangan DKI, Suyanto memaparkan, atas saran Wali Kota Jakarta Timur, Bambang Musyawardana, pihaknya memutuskan untuk memberi makan monyet-monyet itu sehingga tidak lagi menyerang warga.
"Jadi kata Pak Wali tadi intinya jangan ditangkap, jangan diganggu, mending dikasih makan biar enggak ganggu pengunjung," kata Suyanto.
Rencananya pemberian makanan dilakukan setiap tiga hari sekali mulai besok (14/08) sampai 24 Agustus 2016. Diharapkan dengan pemberian makan ini, kegiatan Jamnas selama periode itu tidak diganggu kawanan monyet.
Sedangkan pemerhati hewan dari Yayasan
International Animal Rescue Marko yang dilibatkan untuk menghalau kawanan monyet menyarankan agar tidak memberi makanan. Tindakan itu justru akan membuat kawanan monyet datang. Caranya, hanya dihalau saja. Rencananya dari empat titik rawan akan dijaga tiga sampai empat petugas untuk mengantisipasi serangan.
Marko menuturkan, monyet biasanya menyerang pengunjung yang membawa tas atau kantong plastik. Namun, kawanan monyet liar tidak akan menyerang jika tak merasa terganggu atau terhadap pengunjung yang berkelompok. Dia juga menyarankan pengelola membersihkan tumpukan sampah yang kerap menjadi tujuan monyet untuk mencari makanan. ***
BERITA TERKAIT: