"Soalnya pada akhir Mei hingga tanggal 3 Juni kemarin sebagian besar nelayan sudah tidak melaut akibat cuaca buruk dan gelombang tinggi. Kalau tidak melaut lagi kami susah," ujar Pengurus Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia Cilacap (HNSI) Suparyo, Rabu (5/6).
Sepanjang bulan Mei sebagian besar nelayan Cilacap, terutama yang berperahu kecil berkali-kali tidak melaut. Saat itu gelombang mencapai ketinggian 5 meter di Samudera Hindia.
Suparyo mengatakan, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Selasa kemarin memperingatkan, bahwa gelombang tinggi bakal terjadi di perairan selatan Cilacap, Kebumen, Purworejo hingga Yogyakarta. Ketinggian gelombang lepas pantai sekitar 3,5 meter.
"Masih kalah tinggi dibanding seminggu lalu," terangnya.
Kendati demikian, dia mengimbau agar nelayan tetap berhati-hati. Sebab, gelombang setinggi 3,5 meter tetap berbahaya untuk perahu-perahu kecil. Nelayan dengan perahu kecil diminta untuk melaut tidak terlalu jauh dari bibir pantai. Dengan demikian ketika gelombang tinggi muncul mereka bisa secepatnya merapat ke pantai.
"Dalam radius 1 hingga 3 kilometer dari pantai masih terhitung aman," jelasnya.
Masih kata Suparyo, dibandingkan sepanjang bulan Mei lalu, gelombang tinggi yang sekarang terjadi tidak terlalu membuat khawatir nelayan. Sebab, gelombang tinggi ini tidak dibarengi dengan badai dan cuaca buruk.
"Angin memang kencang, tapi tidak sampai terjadi hujan badai," tandasnya.
[rsn]
BERITA TERKAIT: