Pasalnya, penyerangan itu amat sering dan modusnya sama, yaitu penyerang adalah orang gila. Yang teranyar, penyerangan itu menimpa Kiai Hakam Mubarok, pengasuh Pondok Pesantren Karangasem Paciran yang juga Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan.
"Kepolisian harus mengusut tuntas, apa motif dan latar belakang penyerangan terhadap para pemuka agama ini. Sebab, penyerangan ini telah menimbulkan keresahan dan menggangu kenyamanan masyarakat," kata Wakil Ketua Umum PAN ini di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (20/2).
Untuk masyarakat umum, Taufik meminta tidak terpancing atau terprovokasi dengan kejadian ini. Masyarakat juga jangan mudah terhasut dengan berbagai upaya adu domba umat yang banyak mengaitkan kasus ini dengan isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
Kepada pemerintah, Taufik meminta untuk tidak memberikan ruang atau kesempatan bagi siapa pun melakukan kekerasan. Sebab, tidak ada satu agama pun yang mengajarkan kekerasan. Tindakan kekerasan terhadap orang lain, terlebih terhadap pemuka agama, tidak pernah dibenarkan dalam hukum ataupun ajaran agama.
"Negara tidak boleh memberikan ruang toleransi bagi para pelaku tindakan kekerasan. Apalagi sampai mengganggu ketenangan dan keamanan. Apa pun alasannya, tidak boleh lagi terjadi kekerasan serupa di kemudian hari," harap politisi asal Jawa Tengah ini.
Kiai Hakam Mubarok diserang orang tak dikenal pada Minggu (18/2). Kejadian berawal ketika pelaku mendadak muncul di area pendopo Pondok Pesantren sambil membawa makanan. Kemudian Kiai Hakam menegur pelaku secara sopan dan meminta pelaku agar pindah dan tidak duduk di pendopo. Namun, pelaku tidak terima dan menyerang Kiai Hakam.
Sebelum peristiwa ini, terjadi penyerangan serupa yang menimpa Pengasuh Ponpes Al Hidayah Bandung, KH. Umar Basri pada 27 Januari 2018 dan Komandan Brigade Persatuan Islam (Persis), Ustadz Prawoto.
[rus]
BERITA TERKAIT: