Senin, 29 Desember 2025, 10:17 WIB
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, Ketua DPP PDIP Ribka Tjiptaning (tengah) bersama tim relawan kemanusiaan PDIP (RMOL/ Faisal Aristama)
RMOL. DPP PDI Perjuangan menegaskan komitmennya dalam penanggulangan bencana tidak hanya berhenti pada aksi tanggap darurat di lapangan.
Di bawah arahan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri, PDIP kini fokus mengintegrasikan politik tata ruang dan mitigasi bencana ke dalam kultur serta kebijakan partai, dari hulu hingga ke hilir.
Hal tersebut disampaikan Sekretaris Jenderal DPP PDIP, Hasto Kristiyanto, dalam sambutannya seusai melepas 30 unit ambulans dan 90 tenaga medis menuju lokasi bencana di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, pada Senin, 29 Desember 2025.
Pelepasan secara simbolis digelar di halaman Sekolah Partai DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan.
Hasto menegaskan bahwa politik pada hakikatnya adalah tentang kehidupan. Oleh karena itu, upaya menyelamatkan nyawa rakyat melalui pencegahan bencana merupakan tugas suci partai.
Ia juga menceritakan konsistensi Megawati Soekarnoputri dalam mengurusi persoalan kebencanaan, bahkan di hari libur, termasuk dengan melakukan diskusi mendalam bersama para pakar klimatologi dan geofisika.
“Ibu Mega mengajarkan bahwa berbicara tentang bencana bukan semata menolong rakyat saat kejadian, tetapi juga memberikan pengetahuan kepada rakyat mengenai potensi bencana. Kita hidup di kawasan Ring of Fire, sehingga kesadaran kolektif untuk mengurangi risiko bencana harus dibangun sejak dini,” ujar Hasto.
Sebagai langkah konkret, PDIP menerbitkan buku panduan berjudul *Spirit of Humanity* (Spirit Kemanusiaan). Buku yang diperiksa langsung oleh Megawati Soekarnoputri ini dicetak sebanyak 5.000 eksemplar dan menjadi pedoman bagi kader serta masyarakat mengenai pentingnya mitigasi bencana berbasis sains.
Selain itu, partai juga mengeluarkan pedoman sistem peringatan dini (*early warning system*) berbasis kearifan lokal, seperti penggunaan kentongan dan sirine sebagai alat peringatan bencana.
Hasto turut memaparkan visi “Politik Hijau” Megawati yang menekankan perlindungan alam sebagai benteng alami bencana. Megawati menginstruksikan setiap daerah untuk membangun *nursery* atau pusat pembibitan tanaman pelindung.
Sebagai contoh, pengembangan cemara udang di pesisir Bantul dan penanaman mangrove di Surabaya dinilai secara ilmiah mampu memecah energi gelombang tsunami sekaligus melindungi ekosistem pantai.
“Ibu Mega teringat pesan Ibu Fatmawati saat di Bengkulu bahwa cemara udang memiliki akar yang sangat kuat untuk melindungi pantai dari tsunami. Visi ini kami terjemahkan ke dalam kebijakan kepala daerah PDI Perjuangan agar setiap wilayah memiliki benteng hayati yang kokoh,” jelas Hasto.
Lebih lanjut, PDIP juga mendorong penerapan politik tata ruang yang ketat. Hasto menekankan agar kepala daerah dan anggota legislatif dari PDI Perjuangan memastikan pemukiman rakyat tidak dibangun di atas jalur sesar aktif atau kawasan rawan likuefaksi, seperti yang pernah terjadi di Palu.
Pemahaman mengenai pergeseran lempeng dan ancaman megathrust menjadi dasar penting dalam pengambilan kebijakan pembangunan.
“Mari kita berdoa memohon petunjuk Tuhan Yang Maha Kuasa agar misi ini dapat berjalan dengan lancar,” pungkas Hasto.

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.