Reaktor tersebut ditargetkan memiliki kapasitas 100 kilowatt dan siap beroperasi pada tahun 2030.
Mengutip
Politico pada Selasa, 5 Agustus 2025, NASA berencana meminta proposal konkret dari pihak industri dalam waktu 60 hari.
Pejabat Administrator NASA, Sean Duffy, diperkirakan akan mengumumkan rencana ini secara resmi dalam beberapa hari mendatang.
“Negara pertama yang menyebarkan reaktor yang berfungsi dapat mendeklarasikan zona terlarang yang secara signifikan akan menghambat Amerika Serikat,” demikian isi dokumen internal NASA yang dilihat
Politico.
Langkah ini disebut sebagai respons terhadap persaingan yang semakin ketat dengan Tiongkok, yang juga menargetkan misi berawak ke Bulan pada waktu hampir bersamaan.
Jika reaktor berhasil dikembangkan, teknologi tersebut akan menjadi sumber daya stabil yang sangat penting, terutama selama malam bulan yang berlangsung sekitar dua minggu ketika energi matahari tidak tersedia.
NASA sendiri bukan pihak pertama yang mengusulkan ide reaktor nuklir di Bulan. Rusia sudah menyampaikan konsep serupa bertahun-tahun lalu, sementara AS baru belakangan meningkatkan penelitian terkait.
Pembangunan reaktor ini juga terkait erat dengan program Artemis, di mana NASA berambisi mengembalikan astronot ke Bulan untuk pertama kalinya dalam lebih dari 50 tahun.
Sesuai rencana, pendaratan awak Artemis di Bulan ditargetkan terjadi pada tahun 2027. Namun, jadwal tersebut telah beberapa kali mundur, dan belum jelas apakah Presiden Donald Trump akan terus memberikan dukungan politik maupun anggaran.
BERITA TERKAIT: